Minggu, 25 Juli 2010

Balasan Choccy buat Cheesy

“Dear, Cheesy…
Cheesy, Choccy senang menerima surat dari Cheesy. Begitu juga Straw, Flavo dan teman-teman lain.
Choccy dan teman-teman sangat merindukan Cheesy.
Cheesy, Choccy kira kamu hanya perlu waktu untuk menyukai tempatmu sekarang. Cheesy tak mau pindah karena Cheesy sayang sama teman-teman di Pulau Cokelat. Iya kan? Kami disini juga sayang sama Cheesy, juga tak mau Cheesy pindah ke Pulau Keju.
Mmm, Choccy sebenarnya ingin berkunjung ke Pulau Keju. Pasti asyik sekali. Choccy kan suka keju. Mungkin di Pulau Keju Choccy bisa makan keju banyak-banyak. Hihihi…
Cheesy, kamu bisa membuat Pulau Keju semenyenangkan Pulau Cokelat kok. Kamu hanya perlu menyukainya, seperti kamu menyukai Pulau Cokelat. Choccy yakin, Pulau Keju tidak seburuk bayanganmu, Cheesy.
Cheesy, Choccy yakin sebentar lagi kamu akan menyukai Pulau Keju. Kamu bahkan bisa melakukan hal yang tidak bisa dilakukan di Pulau Cokelat. Kamu bisa pergi bersama Sunshine, menikmati hari-hari di Pulau Keju. Choccy tidak sabar menunggu cerita Cheesy tentang asyiknya di Pulau Keju.
Oh ya Cheesy, sebentar lagi akan ada festival kertas. Kamu mau datang ke Pulau Cokelat, sekedar melihat festival? Mama dan Papa Cheesy pasti mengijinkan kok. Dengan begitu, kita semua bisa bermain bersama lagi, yah, meskipun cuma sebentar.
Cheesy, Choccy ingin dengar cerita kamu selanjutnya di Pulau Keju, bersama Sunshine.
Kami kangen kamu, Cheesy!

Salam Cokelat,

Choccy”

Surat Cheesy Buat Choccy

“Dear Choccy…
Choccy, Cheesy sedih sekali ketika harus pindah dari Pulau Cokelat ke Pulau Keju. Cheesy tidak suka keju!
Tapi Cheesy lebih tidak suka kalau harus berpisah dari Choccy. Juga dengan teman-teman kita di pulau Cokelat. Cheesy kangen Choccy, Cheesy kangen Straw, juga kangen sama Flavo.
Choccy, disini Cheesy kesepian. Hanya ada papa dan mama Cheesy. Cheesy ingin sekali bisa bermain seperti dulu. Cheesy disini seperti terkurung dalam rumah kuning yang rasanya keju, kalau melihat keluar juga semuanya kuning dan keju.
Choccy, Cheesy ingin bisa kembali ke Pulau Cokelat. Bermain bersama. Melihat-lihat kebun paman Kakao. Juga membuat kue di kedai Nyonya Cake. Berkumpul dengan adik-adik kita di taman. Berlarian sepanjang jalan menuju rumah Bibi Crispy. Semua yang bisa kita lakukan di pulau Cokelat, yang tidak mungkin dilakukan di pulau Keju.
Disini semuanya asing buat Cheesy.
Untung saja Cheesy punya teman, meskipun sampai sekarang, teman Cheesy cuma satu. Namanya Sunshine, dia baik sekali. Rumahnya di sebelah rumah Cheesy. Sunshine sering mengajak Cheesy ke rumahnya.
Choccy, bagaimana kabar kamu? Juga kabar teman-teman lainnya? Apa kalian kangen sama Cheesy, seperti Cheesy kangen Choccy, Straw, Flavo dan semuanya?
Choccy, balas suratku ya! Agar Cheesy tidak kesepian disini…
Choccy, Cheesy menunggu surat dari Choccy!

Salam cokelat,

Cheesy”

Kamis, 22 Juli 2010

apa itu walla

postingan sebelumnya selalu tentang walla (kan mau nebus dosa....) tapi ngga dijelasin detail-detail makhluk halus kategori kasar ini.

tenang aja kalo ketemu mereka. mereka ngga gigit kok.

jadi, walla adalah geng masa esempe akhirku. geng yang paling sering bikin saya tersenyum, dalam suka ataupun duka.

walla pokoknya itu lebay banget. fitri tropika aja kalah lebay, karena replika yang tersedia disini jauh lebih kacau dari fitri itu. mungkin hanya menunggu waktu untuk dia tenar kali ya.

walla terdiri dari tiga cewek yang lebay dan hobi bikin onar di kalangan terbatas (ya diantara mereka-mereka aja!). yang pertama bernama Lala, nama aslinya Aisyah Iriani, panggilannya Ciko. yang kedua namanya Vitrop, singkatan dari Evi Tropika. yang terakhir yang paling manis (bener deh, buktinya di kamarnya aja ada semutnya. itu kan bukti kalo penghuninya manis!) adalah Lili, nama aslinya Anisa, panggilannya Dadang (maklum, changcut rangers divisi erickyuw!).

plus ada juga personil tambahan, bernama Sucong, yang akhir-akhir ini diganti namanya jadi Songong secara sepihak oleh tiga temannya yang lain, padahal nama aslinya Suci. dia cuma jadi sansak tinju aja disini, alias jadi ungkapan kekesalan dan ledekan tak berperikehewanan. kalau anda melihat ketegarannya dalam menghadapi makhluk buas bernama walla, pasti anda kagum deh. nyaris ngga pernah marah, atau balas mengejek. lebih baik diam dan tertawa darpada benjol digebukin deh, begitu pikirnya.

nah pas esema ini, mereka pada misah semua. sedih deh...hiks.

lengkapnya, baca aja postingan saya tentang geng keren satu ini yaaaa....
see you!

Sejarah Walla Part III

sambungannya lagi... semoga ngga bosan yah... :)

1. Era Reformasi
Zaman Orde Baru diakhiri dengan diselenggarakannya Ujian Nasional, dan perpisahan yang diwarnai dengan cucuran airmata dari teman-teman yang lain. Walla nangis nggak? Menurut penuturan Vitrop sih, dia udah berusaha untuk mengeluarkan airmata. Tapi entah mengapa, airmata itu susah keluar. Yah, mungkin karena adat mereka emang selalu riang gembira. Tapi herannya, mereka malah nangis-nangisan ketika minta maaf sama tembok dan tiang yang semalam ini mereka marah-marahin dan tabrak-tabrakin.

Usai ujian nasional, berarti selesai juga dong, proses pembelajaran di sekolah. Tinggal tunggu pengumuman kelulusan sama nyolong ijazah aja. Dan pengumuman kelulusan itu dilaksanakan berhari-hari setelah ujian nasional. Sebagai siswa yang baik, tentu teman-teman yang lain lebih memilih untuk menunggu di rumah sambil melakukan hal-hal yang lebih berguna daripada merusuhi sekolah.

Tapi Walla punya cara yang beda. Mereka lebih suka merusuhi dan menuh-menuhin sekolah, daripada kerja di rumah. Dan tempat mereka nongkrong tidak lain tidak bukan ya di samping perpus. Kalau anak pinter so pasti lebih baik berada di dalam perpus. Tapi di samping perpus mereka bisa melakukan hal yang mereka sukai. Yaitu melihat kangkung dan menghitung kecebong yang suka malu-malu numpang lewat. Sampai setelah pengumuman dan ambil ijazah, geng satu ini masih aja beraktivitas merusuhi sekolah seperti yang mereka lakukan sebelum pengumuman. Benar-benar rajin. Dan ini nih kebiasaan2 personel walla, kalo kebiasaan lili adalah dia suka banget ngelemparin bunga ke vitrop, dan juga kearah cong… katanya sih dia lagi pengen belajar menaburi kembang di kuburan dan korban utamanya adalah Cong, dan kalo nggak ada Cong, ya cadangannya adalah Vitrop. Dan kebiasaan vitrop adalah, ia suka banget mencari inspirasi di bawah pohon pete china dan suka banget ngegambar bom dan yang menjadi korban dari kedakan dari bom yang yang di jatuhkan dari atas po’on adalah cong!!!! Dan kebiasaan lala adalah suka banget maen plesetan sampe kepleset beneran, dan kebiasaan cong adalah… pasrah untuk di hina dan di ledekin ma temen2nya.

Di zaman reformasi ini, mereka sudah mulai disibukkan dengan urusan pendaftaran di SMA. Dan urusan ini membuat intensitas pertemuan mereka jadi berkurang, karena mereka mendaftar di SMA yang berbeda.

Oleh karena itu, mereka harus sering bertemu agar kegilaan mereka dapat dipertahankan. Soalnya kan di SMA nggak ada orang yang jenis kegilaannya sama dengan mereka. Atas dasar itu, kemarin Lala dan Vitrop (sayang nggak ada Cong) datang ke rumah Lili untuk sekedar menghancurkan rumahnya. Dan juga berkontribusi dalam menuliskan kisah ini, yang tengah sedikit disempurnakan oleh Nona NizLicious.

Pesan dari Lili untuk sobat-sobat antiknya, bangsanya si Vitrop, Lala dan Cong : “Wokeh cuy…ntar kalo ada waktu, datang lagi ke rumahku yoy…kalo saya ada di rumah, kalo nggak ada di rumah, cari aja di sekolah. Mungkin juga nggak ada…”

Okeh, buat geng Walla, pokoknya meski terpisah oleh ruang dan waktu, sekolah dan tugas, kalian bakalan selalu sahabat kan?

Sejarah Walla Part II

sambungan postingan sebelumnya...

1. Zaman Orde Baru
Kenaikan kelas 3, hubungan pertemanan antara Lili dan Vitrop sudah seperti Dudung dan Maman aja, kerja keras mencari makan, walau upah tidak sepadan. Di zaman ini, mereka mulai melebarkan sayap, dengan menyeret dua makhluk lain bernama Lala dan Cong.

Cong sejatinya merupakan sasaran ejekan Vitrop, yang lumayan dekat dengan makhluk lebay satu ini. Karena Lili juga punya bakat terpendam untuk mengejek anak orang, maka dengan mudahnya Cong bisa melenggang masuk dan hampir menjadi bagian pertemanan antara Lili dan Vitrop. Dan seperti yang diketahui bersama, nasib Cong tak seberuntung dua tokoh kita sebelumnya –yang selalu jadi pihak pengejek, Cong selalu kebagian sial jadi pihak yang selalu diejek. Tapi Cong hebat. Mau aja nerima nasib yang nggak mengenakkan, dengan masih mau nongkrong sama Lili dan Vitrop. Sebenarnya, menurut pengakuan Vitrop, Cong ini nggak mau jadi bagian duo aneh, sarap dan lebay ini. Tapi karena nasibnya, yang lagi-lagi, nggak beruntung karena hampir selalu ditelantarkan teman-temannya, maka mau nggak mau dia akhirnya mau nongkrong bareng Vitrop dan Lili. Kasihan, lepas dari mulut buaya masuk ke mulut harimau. Lagian, Vitrop dan Lili nggak tega melihat nasib Cong seperti itu. Maka dengan penuh rasa perikehewanan, mereka menerima Cong sebagai bagian dari mereka. Dan akhirnya, mereka emang memungut Cong, untuk dirawat dengan cara yang tidak sewajarnya, tidak disayangi dan tidak diberi makan. Iyalah, emang Lili sama Vitrop emaknya?? Lagian dia sudah cukup kenyang dengan ejekan yang selalu mendarat mulus padanya kok.
Dan makhluk lain yang ikut terseret sama Vitrop dan Lili bernama Lala. Nggak tau bagaimana awalnya dia bisa ikut-ikutan jadi sarap. Tapi sepertinya hal ini didukung oleh letak geografis tempat duduknya yang dekat banget sama wilayah kekuasaan Vitrop dan Lili. Jadi, mereka bisa dengan mudah mengekspansi Lala, dan menghasut makhluk ini jadi sarap. Seperti juga Vitrop dan Lili, dia juga hobi mengejek Cong. Ah, makin malang aja nasibmu nak. Dan si Lala ini kadar ke-sarap-annya rasanya lebih hebat dari Lili dan Vitrop. Dengan pedenya, dia ngaku-ngaku dan menyebar fitnah yang luar biasa bohong kalau dia itu pacarnya idola remaja cewek masa kini, si ganteng Justin Bieber. Ah, kulaporin sama pacar aslimu, pasti pacarmu itu bilang nggak apa-apa, lho, La…heheh

Di zaman orde baru ini, tercetus nama Walla untuk menamai sekumpulan makhluk aneh yang sekarang beranggotakan 3 orang plus 1 additional person, yah si Cong itu. Soalnya dia rada gimana gitu kalo tau namanya dimasukkan dalam black list anggota Walla. Oh ya, bagi yang belum tau atau nggak mau tau, atau tau tapi malu-malu untuk mau tau, atau tau tapi pura-pura nggak tau, atau tau tapi lupa lagi, atau belum tau dan sama sekali nggak berniat cari tau atau sejenisnya, Walla singkatan dari wanita giLLa… J

Dan yang perlu dicatat, Walla punya hobi nongkrong nggak jelas, dengan hotspotnya yaitu di samping perpus atau di belakang kelas (kalau sinar matahari ogah mampir di situ), sambil ngobrol panjang lebar tapi nggak tau topiknya apaan, dan yang selalu jadi agenda utama kalo nongkrong di kedua hotspot, adalah ngeliatin kangkung dan rumpun ilalang yang tumbuh menjalar nggak karuan plus menghitung rupa-rupa kecebong yang berenang-renang ke tepian yang tersesat di antara tanaman kangkung yang menjalar.

Geng Walla juga punya reputasi khusus dalam menghancurkan sekolah. Yaitu meski teman sekelas pada kompak nggak masuk sekolah karena tau nggak bakalan belajar, tapi geng satu ini patut dicantumkan namanya dalam museum rekor Indonesia, sebagai pelajar SMP 5 paling manis dan rajin, karena meski sekolah sepi layaknya kuburan yang lupa-lupa ingat, mereka teteup aja masuk. Aktivitas mereka ini sempat membuat pak Satpam bertubuh gempal dan berkumis tebal yang sebal sama anak nakal yang pulang malam cuma bikin kesal jadi iri melihatnya. Ini anak-anak aneh pada mau bantuin saya jaga pagar ya? Wah, belum tau nih Pak Satpam. Kan prinsip mereka BELAJAR NGGAK BELAJAR ASAL NGUMPUL.

Dan memang kegiatan itulah yang mereka lakukan selama hari-hari terakhir mereka di sekolah.

Sejarah Walla Part I

Seri Pelajaran Gila Vol. 1
Ditulis dengan penuh kesadaran oleh Geng Walla, dan sedikit penambahan oleh Nona Niz
Perkembangan geng yang satu ini bisa kita lihat dalam 3 periodisasi, sebagai berikut.
1. Zaman Orde Lama
Di zaman ini, embrio geng Walla sudah mulai terbentuk. Awalnya, waktu kelas 2, ada seorang cewek yang hobinya mojok malu-malu sambil mepet tembok dekat jendela. Kelakuan makhluk ini menarik simpati Lili. Gimana nggak, kayaknya makhluk satu ini terasing dari teman-teman sepergaulannya, bangsanya Ani, Ika dan Ita. Sering ditinggal mojok sendirian. Di zaman orde lama awal ini, Lili sempat tertipu oleh penampakan Vitrop yang tampak malu-malu mojok sendirian, karena setelah mereka berdua berteman baik, ternyata Vitrop adalah turunannya Fitri Tropika, lebay dan nggak bisa diam.

Suatu hari, ada sms nyasar dari Vitrop ke nomor henpon Lili. Pengirim dan penerima aja udah nggak jelas, bagaimana dengan isinya yang memang sumpah, nggak jelas sama sekali. Tapi meski isi sms itu aneh dan gajes, toh Lili mau aja ngebalas dengan balasan yang sama aneh dan gajesnya. Yah, bisa ditebaklah kelanjutannya. Bermula dari satu sms aneh, dua tokoh kita ini mulai sering smsan nggak ada juntrungannya. Akhirnya, konsumsi pulsa Lili jadi membengkak secara drastis, seperti tersengat tawon.
Setlah fase sms-an, Lili mulai sering menyambangi kandang Vitrop. Mereka berdua membicarakan banyak hal, tapi yang paling sering dan utama adalah tentang band pujaan masing-masing. Lili menjagokan band mahakeren dari Paris Van Java, yaitu The Changcuters, sedang Vitrop mengagungkan band dengan lagu romantis yang hobi meringis dan sedikit berkumis namun manis kayak kismis, yaitu Yovie n Nuno. Semuanya pasti tau yah, kalo dua band ini alirannya beda. The Changcuters beraliran sungai Citarum, dan Yovie n Nuno beraliran kali remu. Tapi meski beda aliran, kedua tokoh kita ini nyambung aja ngobrol sampe mulut bebusa. Tapi dari bebusanya mulut mereka berdua, jadilah mereka makin lama makin lengket, kayak tikus mati sama lem tikus.
bersambung ya...untuk 2 periodisasi berikutnya...:)

yes, i remember

I remember… the way you make me laugh, yes I remember…
I remember…when we cheated at the test, yes I remember…
I remember… all the things that we shared, and the riot we made, just we all along
I remember… all the laughter we shared, all the wishes we made, beside the library at school…

Do you remember?
When we were counting the tadpoles in the marsh beside the library?
And I remember, when we were drawing ‘Changcuters’ on the floor behind our class
I remember, all the things that we shared, and the riot we made, just we all along
I remember, all the laughter we shared , all the wishes we made, beside the library at school…

I remember, the way I draw and write in your books, yes I remember
The way we tease ‘Cong’, yes I remember
The jokes that we laugh, yes I remember
When we came together and laugh together, yes I remember
The way you sad and I laugh, yes I remember
The way we study but with the jokes, yes I remember
The princes you draw every day, yes I remember
The boy you talk about every day, yes I remember
The song you sing every day, yes I remember
And the way we laugh together…YES, I REMEMBER.. :)

For the friendship…for waLLa. :)
Dalam hati dan aksi, sudah jadi hati dan aksinya Dadang.
Ini saya comot abis-abisan dari lirik lagunya Mocca yang berjudul I Remember. Nggak lupa dengan penambahan seenak jidat tentunya. Heheheh… :)

(temen-temen fesbuk pasti tau ini...iyalah, waktu itu saya ngepost buat notes kok....)

Nebus Dosa

Hiks. Rasanya bersalah banget saya sama temen-temen seperjuangan sepenanggungan. Ya si Walla itu. Sampai Vitrop bilang, “Wah, nggak asik, lo, nggak asik!!” yang saya balas begini, “Emang gue manajernya changcuters, asik? Hehehe.”
Sebenernya waktu ngomong gitu, saya merasa bersalaaaaah banget. Dan Vitrop emang punya alasan kuat untuk bilang saya ngga asik. Saya ngingkarin janjiiii!!!!
Janji apa? Jadi gini lho, saya emang janji sama anak-anak Walla, nanti kita sekolah di esema 2 ajah. Kan asyik, bisa berkumpul gila-gilaan, lagian sekolah itu cukup dekat dari rumah kita masing-masing. Saya juga udah mendiskusikan soal sekolah ini sama ibu, sebelum ujian nasional. Ibu sih oke aja. Kakak-kakakku sekolahnya dulu juga disitu kok.
Jadilah, kita semua udah merencanakan segala sesuatunya, rancangan kegilaan apa aja yang harus dilakukan, apa yang nggak boleh dilakukan, apa yang boleh dilakukan tapi sepertinya nggak boleh dilakukan, dan yang tidak boleh dilakukan tapi harus dilakukan. Pokoknya gila-gilaan deh.
“Tapi kalo nggak sekelas gimana?”
“Iya, juga yah?”
“Ya udah kalo nggak sekelas, kamu nyempil aja di kelasku, ngejogrok di pojokan atau sembunyi di laci. Atau kalau tidak, pas istirahat bisa juga kan muncul tiba-tiba di dalam kelas?”
Yah, tapi rencana tinggal rencana.
Soalnya, setelah pengumuman kelulusan, saya disuruh sama ibu coba tes dulu di esema 3. Ibu bilang sekolahnya bagus, sekolah model yang merupakan RSBI, tapi jauhnya amit-amit. Saya awalnya ga mau. Tapi ibu tetep maksa. Akhirnya saya pasang syarat. Kalo ga diterima masuk di esema 2, kalo diterima tetep masuk esema 2.
Selesai tes masuk, saya punya do’a yang lain darpada yang lain. Kalo yang lain mungkin sampe sholat malam biar diterima, saya malah berdo’a abis-abisan biar ga diterima. Hampir aja saya bersorak gembira karena nggak menemukan nomor pendaftaran di tiga kertas pengumuman dari empat kertas yang berisi nomor peserta yang diterima.
“Nomormu berapa?” Tanya Citra.
“Pat-pat gulipat. Eh bukan. Pat-pat sembilan (449)”
“Ada,” wadaw! Mati aku!
“Mana?”
“Itu, di kertas pertama.”
Buset! Beneran ada. Ah, dasar sial.
Status fesbukku saat itu pun langsung berbunyi , “hapus aja tuh nomor 449! Sial!” saking keselnya.
Saya bilang sama ibu, tetep masuk esema 2 yah…tapi ibu bilang begini, “Rugi! Udah bayar 50 ribu nggak jadi masuk!” ya sutralah. Daripada benjol dan dicap anak durhaka, ikut ajalah, biarpun terpaksa. Hiks. Malangnya aku.
Huhuhu…saya jadi sedih banget karena ngingkarin janji….
Makanya saya mau nebus dosa. Dengan memposting beberapa hal yang berkaitan langsung dengan Walla…
Maafkan aku yah, teman…. :’)

Sekolahku, Surgaku

saya punya cerpen nih. dulunya bikin buat tugas matematika. daripada disimpan di laptop terus, lama-lama berdebu, mendingan saya posting disini. selamat menikmati!
============


inar matahari pagi yang silau menelusup masuk lewat jendela kamarku yang bertirai putih. Sementara jam beker tergeletak di lantai, setelah menunaikan tugasnya dan ku lempar karena kesal.
Mataku berkerinyit menahan silau. Tapi bukannya bangun, aku malah menarik lagi selimutku hingga menutupi kepala. Kemudian, ketukan halus berulang-ulang terdengar.
“Irwan…Irwan..bangun, sudah siang. Kamu harus sekolah!” itu suara Ibu.
Dengan malas, aku melempar selimut yang tadinya menutupi tubuhku hingga jatuh ke lantai.
Sekolah! Huh, itu kewajibanku yang aku tak tahu apa manfaatnya. Yah, mungkin manfaatnya hanya untuk mendengar ceramahan guru, mengerjakan tugas, mendapat hukuman spesial pakai cubit. Yang menyenangkan dari sekolah hanya satu : berkumpul dan bercanda bersama teman. Lainnya? Neraka! Sekolah itu menyeramkan dan membosankan. Tempat kita duduk terpaku mendengar ceramahan guru yang tiada habisnya. Tempat kita terkekang oleh seribu satu aturan layaknya dipenjara.
Itulah sebabnya mengapa aku malas pergi ke sekolah.
“Irwan! Cepat mandi dan berangkat sekolah!” seru Ibu dari balik pintu, mengagetkanku yang tengah termenung.
“Iya, Bu!” dengan ogah-ogahan, aku manuju kamar mandi.
Beberapa puluh menit kemudian, aku sudah sampai di sekolah. Tentunya dengan wajah yang sama sekali tidak bersemangat. Aku memperhatikan wajah-wajah yang memenuhi ruang kelasku pagi ini. Rata-rata menampakkan wajah yang cerah bersemangat. Yang terlihat tidak bersemangat mungkin hanya aku dan beberapa yang lain.
Aku meletakkan tasku dan duduk di tempatku. Aku melirik teman sebangkuku. Farhan. Temanku yang satu itu pikirannya beda denganku. Dia menganggap sekolah layaknya surga, disaat aku menganggap sekolah itu seperti neraka. Dia bilang, sekolah itu menyenangkan. Hah? Menyenangkan dari mana?
Bel tanda pelajaran pertama dimulai, berbunyi. Beberapa saat kemudian, Pak Anton, guru fisika yang terkenal killer , masuk.
Dengan mengucapkan salam dingin kepada kami, Pak Anton memulai pelajaran. Menjelaskan panjang lebar dengan menunjuk-nunjuk papan tulis yang dipenuhi rumus-rumus yang memusingkan. Sumpah, tak ada satupun pelajaran yang kuserap dengan baik. Aku malah semakin mengantuk.
Beberapa puluh menit kemudian, pelajaran fisika berakhir. Pak Anton memberi pesan, “Oke, anak-anak. Belajar yang rajin, terutama mengenai molekul atom. Minggu depan ulangan. Selamat pagi,” kemudian meninggalkan ruang kelas.
Ulangan!! Ini dia salah satu hal menyebalkan lainnya. Aku mengutuk sepenuh hati. Makin malaslah aku ke sekolah kalau seperti ini.
Satu-satunya waktu yang menyenangkan di sekolah adalah waktu istirahat. Saat sejenak penat usai belajar dilupakan, dengan berkumpul dan bercanda dengan teman-teman, dengan memanjakan lidah dengan jajan di kantin.
Ketika tengah menikmati saat-saat bebas seperti ini, bel masuk berbunyi. Huuft… teman-teman lain bergegas masuk ke kelas, tetapi aku tidak ingin masuk kelas. Aku duduk sendirian di kantin. Kali ini aku mau membolos.
Tiba-tiba, tiga orang anak kelas tiga yang terkenal bandel, mendatangiku.
“Hei, siapa lo? Ngebolos juga lo?” Tanya seorang cowok yang memakai anting ditelinganya. Dia adalah Kak Alex.
“I-i-iya, Kak. Sa..saya lagi malas belajar,” jawabku takut-takut.
“Ya udah, lo gabung sama kita aja. Siapa nama lo?”
“Saya Irwan, Kak. Anak kelas 2-IPA 2,”
“Sopan banget lo, pake saya-saya,” komentar cowok lain, yang bernama Kak Danu.
“Disini ga enak. Kita ke tempat biasa aja,” ajak Kak Alex. Aku mengikutinya, begitu juga dengan dua temannya.
‘Tempat biasa’ yang dimaksud Kak Alex ternyata adalah sebuah tempat kumuh dan jorok di belakang gudang sekolah. Aku bergidik melihat tempat itu.
“Nah, lo duduk disini,” Kak Alex mempersilahkanku duduk di sebuah tumpukan kayu bekas bahan bangunan. Sedangkan dia dan dua temannya duduk di sebuah kursi kayu panjang. Mereka mengeluarkan sebungkus rokok dan sebuah korek api.
“Kenapa lo ngebolos? Gua ga pernah ngeliat lo bolos sebelumnya,” tanya Kak Alex sambil memantik api. Aku menarik napas.
“Saya malas belajar, Kak. Bosan.”
“Alasan lain?”
“Saya…saya ngerasa sekolah itu tempat yang kayak neraka. Menyeramkan dan membosankan. Saya juga bingung, buat apa sebenarnya saya sekolah. Saya ngerasa, saya sekolah cuma untuk ortu saya saja,”
“Hmm, kita sama. Jadi biar lo ga pusing, lo cobain ini,” Kak Alex menyodorkan sebatang rokok. Aku tertegun melihat benda itu.
“Ayo, ambil,” desak teman Kak Alex, yang bernama Kak Rio.
“Nggak usah Kak. Makasih,”
“Ah, sok suci lo. Cobain aja,” Kak Alex setengah memaksa. Dengan terpaksa, aku ambil rokok itu.
“Nih, koreknya.” Kak Danu melemparkan korek api.
Aku memantik api, dan membakar rokok itu. Dengan ragu, aku mulai mengisapnya.
“Uhuk..uhuk..” aku terbatuk-batuk. Dengan spontan, rokok itu kubuang.
“Hahahahaha…gitu doang bengek. Anak mami, lo, ya,”
“Saya nggak tahan Kak,”
“Pelan-pelan juga lo pasti ketagihan,”
Suasana di belakang gudang itu sangat tidak nyaman. Kotor dan kumuh. Tapi kenapa Kak Alex dan kawan-kawan betah sekali bolos di tempat ini? Dan aku pun, lama-lama jadi terbiasa dengan suasana itu, dan menikmati mengobrol dengan mereka.
Bel tanda palajaran selanjutnya akan dimulai, berbunyi nyaring. Aku bergegas meninggalkan tempat itu.
“Maaf, Kak, saya harus kembali ke kelas,” pamitku.
“Ya udah, belajar lagi sana..hahahaha..”

Kembali ke kelas, kembali ke tempat yang membosankan. Teman-teman sekelasku tampak heran melihatku yang baru masuk kelas.
“Dari mana kamu, Wan?” tanya Farhan.
“Bolos,”
“Hah, bolos?” Farhan kaget.
“Sst…jangan keras-keras,” sahutku agak panik. Tepat pada saat Bu Ratih yang mengajar Bahasa Inggris memasuki ruangan.
***
Esoknya, aku berniat membolos lagi.
Dan seperti yang sudah kuduga, Kak Alex dan teman-temannya menghampiriku lagi saat di kantin. Sekarang aku sudah tidak merasa canggung lagi dengan mereka. Hanya saja, aku masih tidak tahan merokok.
Kami berkumpul lagi di belakang gudang sekolah. Sekarang tempat itu sudah tak tampak sejorok kemarin. Aku dan teman-teman baruku ini mengobrol dengan seru.
“Oh, jadi disini kalian membolos? Ayo, kalian semua ikut Bapak ke kantor!” kami dikagetkan oleh suara berat Pak Hasan. Kami sudah tak berkutik lagi. Dengan pasrah, kami digiring Pak Hasan ke kantor.
Di kantor, kami diceramahi habis-habisan oleh Pak Hasan. Plus dengan peringatan, sekali lagi kami membolos, maka orang tua akan dipanggil oleh pihak sekolah.
Saat jam pulang, aku dipanggil oleh Bu Siti, guru agama Islam yang juga sebagai tempat curhat para murid di sekolah. Bu Siti terkenal akan kesabarannya dalam menghadapi anak-anak nakal.
“Irwan, kenapa kamu membolos?” tanya Bu Siti lembut. Aku menceritakan alasan-alasanku.
“Oh, begitu ya? Sekarang Ibu mau tanya. Selama ini kamu sekolah karena siapa? Apa yang kamu cari?”
“Saya…mungkin sekolah karena orang tua saya. Pastinya saya sekolah ingin mancari ilmu, Bu,” kalimat terakhirku merupakan jawaban standar dari pertanyaan itu.
“Ketika kamu berangkat ke sekolah, sebenarnya kamu itu sekolah karena Allah. Allah yang Maha Berilmu. Ketika kamu mendapat ilmu, bukankah kamu merasa senang? Kamu merasa senang karena kamu sedang mendekat kepada Allah Al-Alim. Jadi, bila kamu mangabaikan sekolah, sebenarnya siapa yang kamu abaikan?”
Aku tersentak mendengar kata-kata Bu Siti.
“Irwan, sekolah itu bisa menjadi surga karena kamu dapat menciptakan surga di sekolah. Ketika kamu menciptakan kasih sayang di sekolah, kamu sedang dekat dengan Allah. Ketika belajar, kamu sedang dekat dengan Allah Al-Alim. Dan ketika kamu sedang belajar matematika, kamu sedang mendekatkan diri kepada Al-Hasib, yang Maha Berhitung.”
“Jadi…bila saya belajar, saya sedang dekat dengan Allah, ya Bu?”
“Iya. Mulai saat ini, jangan lagi kamu malas sekolah karena Allah Al-Alim memberikan ilmu kepadamu melalui guru-gurumu. Ingat ini. Jadikan jalanan menjadi sajadahmu, buku dan pulpen menjadi tasbihmu.”
“Oh...” aku tertunduk dalam. Aku memikirkan, berapa kali aku mengabaikan sekolah, berapa kali aku tak ingin menerima pelajaran?? Sebenarnya, di saat itu aku menjauh dari Allah!!
“Iya, Bu. Mulai sekarang: sekolahku, surgaku.” kataku mantap. Bu Siti tersenyum lega.

Rabu, 21 Juli 2010

akhirnya....

waow.
akhirnya saya bisa juga punya blog, setelah nangis bombai sehari semalam minta diijinin sama ibu. aneh ya, padahal cuma blog loh, bukan minta ijin pake narkoba (ya emang ga boleh!)
tapi kekhawatiran ibu tentang saya emang cukup punya alasan kok. soalnya baru punya fesbuk aja norak saya nggak ketulungan, sampai bikin tagihan seluler ibu jadi membengkak, persis gajah disengat seribu tawon, sampai ibu nyaris semaput. hiks.

sebenernya, saya udah pengen bikin blog sejak kelas dua esempe. waktu itu saya sempat membaca buku kecil tentang cara pembuatan blog dan segala tetek bengek keunggulan blog. jadi kepengen banget deh bikin blog.

apalagi akhir-akhir ini saya sering mengunjungi blog orang yang keren banget. saya jadi mikir, saya kok terus-terusan baca blog orang, kapan ya blog saya yang dibaca? jadi itulah yang menguatkan tekad dan niat saya untuk punya blog.

ah ya...
berhubung saya ini super-gaptek, mohon panduan dan bimbingannya yah... :) :DD