tag:blogger.com,1999:blog-72531142279201883742024-03-13T09:34:21.019-07:00journal of an anonymousNona Nizhttp://www.blogger.com/profile/02303151812130038613noreply@blogger.comBlogger39125tag:blogger.com,1999:blog-7253114227920188374.post-43010004145950538812012-07-31T00:56:00.000-07:002012-07-31T00:56:00.556-07:00blog baruuhya ampun, saya lupa kalo saya punya blog.
maklum orang sibuk.
dan berita pun datang ketika siang bolong. entah kenapa namanya bolong, sodaraan emang sama sundel bolong? nggak kan? lagian nggak ada sundel bolong yang muncul di siang hari! JADI APA HUBUNGANNYA DENGAN SIANGGG??
apa beritanya? beritanya adalah ketika kami disuruh membuat blog sebagai tugas akhir semester. ya ampun, serius, saya jadi galau seketika mengingat udah setahunan lebih blog ini nggak di apdet. inget aja nggak. kesian yah. apalagi isinya galau semua. maklum dulu saya labil. sekarang lebih labil lagi sih.
nah untung kemaren ada seorang manusia baik hati yang nyasar dirumahku.
baik hati banget. ini jasa-jasanya : mendownloadkan banyak lagu dan video kesukaan saya. kalo saya sih paling males yang namanya download, maunya minta. mehehehe.
dan kemaren kami berdiskusi panjang lebar.
gimana kalo kita bikin blog? tentu aja saya nggak bilang kalo ini buat tugas akhir semester. anaknya kan jago banget IT, sedangkan sayaaa...hobinya nyoret-nyoret tembok. nggak selepel.
boleh!!
nanti saya yang isi, kamu yang bikin bagus-bagusnya. saya enggak ngerti.
sakarepmu wae, saya dari lama pengen buat blog tapi males. boleh lah!
ntar namanya apaaaa??
asik, gayung pun tersambit. eh bersambut.
jadilah blog ini mungkin bakal saya tinggalkan lagi. saya bakal nulis di blog yang satu itu, yang belom ada namanya.
insya Allah, ada jalan. insya Allah, nanti blog saya nggak ditelantarin lagi. amin.
Nona Nizhttp://www.blogger.com/profile/02303151812130038613noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7253114227920188374.post-58404521142572080642011-06-21T19:07:00.001-07:002011-06-21T19:11:02.658-07:00bersin"hatsyii!!"<br />argh, ruangan ini berdebu sekali. pindah ke teras ah.<br />"hatsyii!!"<br />beuh, ini sih ada yang ngomongin aku.<br />"hatsyii!!"<br />woy, sop ngomongin gua di belakang dong! ngomong sini di depan muka guaa!!<br />"hatsyiii!!"<br />hening.<br />"hatsyii!!"<br />ough..damn it. flu ternyata. :pNona Nizhttp://www.blogger.com/profile/02303151812130038613noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7253114227920188374.post-69769883512362846092011-06-21T18:59:00.000-07:002011-06-21T19:01:45.947-07:00bersinNona Nizhttp://www.blogger.com/profile/02303151812130038613noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7253114227920188374.post-86330333574924423072011-04-21T01:10:00.000-07:002011-04-21T01:12:17.385-07:00jangan hunuskan pedang es itu lagiPedang itu<br />Terlalu tajam untuk membunuhku<br />Terlalu dingin untuk membekukanku<br /><br />Pedang itu<br />Telah kau hunuskan berulangkali<br />Mati dan beku ragaku iniNona Nizhttp://www.blogger.com/profile/02303151812130038613noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-7253114227920188374.post-2263426385015196492011-04-21T01:09:00.001-07:002011-04-21T01:10:43.142-07:00dear ex....Dear Ex…<br />Apakah kamu pernah mikir kalo selama ini saya hanya kasian sama kamu? Trenyuh dengan usaha-usaha kamu yang wow dahsyatnya. Apakah kamu pernah sadar kalo selama ini saya terpaksa nerima kamu? Kalo mau jujur, pengakuan saya itu kejam sekali. Saya nggak pernah suka sama kamu, sekedar berkhayal kamu bakal jadi pacarku saja nggak pernah. Saya Cuma mikir, untuk suka sama kamu kayaknya hanya perlu sedikit waktu setelah nerima kamu, tapiii…ah, entahlah. Nggak bisa.<br />Dear Ex…<br />Saya Cuma mau ngucapain makasih dan maaf.<br />Makasih karena menurut pengakuan kamu, kamu cinta sama saya. <br />Maaf, saya nggak pernah balas cinta kamu. Semua yang saya bilang itu Cuma untuk nyenengin kamu. Kamu tau saya tuh nggak tegaan, saya nggak tega dengan pengakuan kamu kalo kamu sampai harus menangis karena saya. Bayangkan, MENANGIS. Seorang cowok yang terlihat tegar begitu menangis karena cewek. How come?<br />Yang saya sayangkan dari kamu tuh Cuma satu…kenapa kamu nggak bisa bersikap layaknya seorang gentleman, yang bisa nerima kenyataan kalo saya nggak pernah cinta sama kamu, kalo semua yang terjadi diantara kita hanya pura-pura, sekedar untuk menyenangkan kamu…<br />Kenapa kamu memaksakan perasaanmu padaku yang jelas-jelas nggak inginkan kamu..kenapa kamu memaksa saya untuk cinta sama kamu..padahal kamu tau, perasaan tuh nggak bisa dipaksa…<br />Dan maafkan saya kalo selama sama kamu saya nggak bersikap layaknya seorang pacar—karena saya udah nggak anggap kamu sebagai pacar setelah itu.<br />Saya udah lelah dengan semua ini, semua kepura-puraan ini. Saya udah lelah bertengkar tiap hari sama kamu karena ke-posesif-anmu. Saya nggak tahan. Saya ingin kembali seperti dulu, kehidupanku yang bebas tanpa dering sms setiap menitnya. Thanks.<br />Dear Ex…<br />Saya nggak pernah niatkan untuk membenci kamu. Tapi sikap kamu pagi tadi betul-betul mendidihkan darah saya. Saya nggak tau kalo darah mendidih tuh seperti apa, tetapi kalo dilihat dari betapa panasnya hati saya tadi pagi, kayaknya itu yang disebut dengan darah mendidih.<br />Saya tau kamu bakal tersiksa setengah mampus setelah saya putuskan kamu untuk yang kedua kalinya. Saya tau kamu bakal patah hati berkeping-keping atau apalah namanya.<br />Tapi saya nggak tau kalo kamu bakal bersumpah serapah, menyumpahi saya!!!<br />What the hell going on!<br />Betapa sakit hatinya saya, baca pesanmu yang menyudutkan itu. Kamu bilang kalo di masa depan saya nggak akan pernah dicintai, kamu bilang suatu saat saya akan merasakan apa yang kamu rasakan sekarang. Kamu bilang saya akan….<br />Dan saya sakit hati sekali.<br />Bodohnya, setelah menyumpahi seperti itu kamu minta saya nerima kamu LAGI. Begooo.<br />Dear Ex…<br />Ada banyak hal yang baru saya rasakan setelah saya sama kamu. Contohnya, saya belum pernah dimaki, kamu yang pertama memaki saya. Saya belum pernah disumpahi, dan kamu yang pertama kali menyumpahi saya. Saya belum pernah dicurigai seganas itu dan kamu yang pertama mencurigai saya layaknya psikopat. Saya belum pernah dicemburui seperti itu, dan kam lagi-lagi yang pertama. Saya belum pernah dibuat sakit hati, dan kamu yang pertama membuat saya sakit hati. Itu yang nggak bisa saya terima.<br />Dear Ex…<br />Maafin saya. Tapi kalo nggak mau dimaafin ya udah, nggak apa-apa.<br />Dear Ex…<br />Kita memang tidak sama, bagaimanapun juga kamu harus terima ini.<br />Saya nggak bisa terus-terusan dicurigai seperti itu..saya nggak bisa tiap detik diteror lewat sms, yang telat balas semenit doing udah dicurigai macem-macem. Saya nggak bisa nipu terus.<br />Dear Ex…<br />Suatu hari nanti kamu akan temukan cinta yang benar-benar cinta sama kamu, bukan saya yang hanya menipu.<br />Dear Ex…<br />Saya hanya harap kamu bisa nerima semua ini, semua ini saya pikirkan matang-matang, bukan karena orang ketiga, atau hasutan orang lain.<br />Saya belajar untuk mendahulukan logika daripada ke-enggak-tegaan saya. Sahabat saya bilang itu kelemahan terbesar saya. Saya ingin jadi wanita yang kuat, wanita yang mampu berpijak pada kata-katanya sendiri, wanita yang nggak mudah tertipu.<br />Dear Ex…<br />Semoga kamu mengerti.Nona Nizhttp://www.blogger.com/profile/02303151812130038613noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7253114227920188374.post-30425654742075891242011-04-21T01:07:00.000-07:002011-04-21T01:09:26.503-07:00pernyataan misi<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglfpApVQMxc89BE_j-XlIl-EVniCusutbAvfq5_MaQOgvmmEpjl8QlO9EWAxgSVzituu5J1Nkyi-6scot88D7RpqfbcHVWLp0WgHstLkoNWSmKynhyphenhyphenYwbh9IL8xiGHG3io83x4UdeRahvh/s1600/combine_tria.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 320px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglfpApVQMxc89BE_j-XlIl-EVniCusutbAvfq5_MaQOgvmmEpjl8QlO9EWAxgSVzituu5J1Nkyi-6scot88D7RpqfbcHVWLp0WgHstLkoNWSmKynhyphenhyphenYwbh9IL8xiGHG3io83x4UdeRahvh/s320/combine_tria.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5597945652265671346" /></a><br /><br />1. Ingat-ingatlah siapa yang membuat perbedaan positif dalam hidupmu. Kualitas apakah yang dimiliki orang tersebut, yang ingin kamu kembangkan ?<br />The answer is :<br />Perbedaan positif yaa…<br />Aku merasa berbeda karena tidak ingin sama…aku mempunyai perbedaan positif karena tak ingin menjadi negative…dan orang yang membuat perbedaan positif dalam hidupku adalah…Kugy. Aneh memang, tokoh novel bisa membuat perbedaan –yang semoga saja—positif dalam hidupku. Kugy, meskipun fiktif membuatku percaya akan mimpi. Membuatku percaya bahwa menjadi diri sendiri tidak mudah, tapi jalan hidup yang berputar dan seakan menjauhkan kita dari mimpi kita, sesungguhnya mendekatkan kita pada apa yang tidak kita duga,,impian kita, orang-orang yang kelak mengisi kehidupan kita… Kugy membuatku percaya bahwa aku harus percaya pada diriku sendiri, percaya pada mimpiku…bahwa hati memilih, hati tidak dipilih… Kugy dan segala mimpinya, segala untaian dongengnya…<br /><br />2. Bayangkan 20 tahun lagi kamu dielilingi oleh orang-orang terpenting dalam hidupmu. Siapa sajakah mereka dan apakah yang kamu kerjakan ?<br />The answer is : <br />Mereka adalah orangtuaku, sahabatku, pendampingku kelak.<br />Aku akan bercerita pada mereka betapa berartinya mereka bagiku, betapa mereka yang membuat hidupku hidup. Aku akan menyusun balok-balok kenangan, menyatukan mereka yang kutemui dulu dan yang kutemui kelak..menjadikannya satu dalam hidupku… <br /><br />3. Kalau ada sebatang baja (yang lebarnya 6 inch), diletakkan diantara dua gedung pencakar langit, demi apakah kamu bersedia menyeberanginya ? <br />Seribu dolar? Satu juta dollar? Hewan peliharaan mu ? Saudara mu ? Ketenaran? <br />Renungkanlah dengan seksama.. <br /> <br />The answer is : <br />Aku tidak akan menyeberanginya.<br />Kecuali ada jaminan mutu kalo aku nggak bakal jatuh.<br /><br />4. Kalau kamu bisa menghabiskan waktu satu hari di sebuah perpustakaan besar, mempelajari apapun sesukamu, apakah yang akan kamu pilih ?<br />The answer is : <br />Aku akan menulis, dengan referensi dari buku-buku yang ada disana.<br />5. Sebutkan 10 hal yang kamu senang lakukan. Mungkin nyanyi, menari, baca majalah, melukis, membaca, melamun.. apapun yang pokoknya kamu senang lakukan!<br />The answer is :<br />Aku senang<br />- Menyanyi penuh perasaan<br />- Baca majalah<br />- Melamun<br />- Smsan<br />- Menulis<br />- Tidur<br />- Menangis<br />- Merenung<br />- Berdiam diri<br />- Mendengarkan lagu rock<br />6. Gambarkanlah suatu saat ketika kamu benar-benar merasa terinspirasi.<br />The answer is :<br />Ketika selesai membaca sebuah novel *langsung berasa pengen nulis*..atau mendapat pesan yang membangkitkan semangat… *beuh*<br /><br />7. Lima tahun lagi surat kabar setempatmu meliput kisah tentang kamu dan mereka ingin mewawancarai tiga orang… orang tua, saudara dan teman. Kamu ingin mereka bilang apa tentang mu ?<br />The answer is :<br />Aku ingin mereka jujur dengan apa adanya diriku..buruk ya buruk saja, aku tak peduli dengan pencitraan, selama itu bukan fitnah. *pasraaaahhh*<br /><br />8. Bayangkan sesuatu yang mewakili kamu.., setangkai mawar, lagu, hewan.. mengapakah itu mewakilimu ?<br />The answer is : <br />Tidak setangkai mawar. Memang indah, namun meraihnya harus terluka. Tidak hewan, karena manusia derajatnya lebih tinggi daripada hewan. Lagu..ya, lagu berjudul anything I’m not dari lenka…atau untitled dari simple plan.<br /><br />9. Kalau kamu bisa melewatkan waktu satu jam dengan siapapun, siapakah yang akan kamu pilih? Mengapa dia? Apa yang akan kamu tanyakan kepadanya ?<br />The answer is :<br />aku memilih satu jam bersama orang yang membenciku..bertanya padanya apa yang membuatnya benci padaku… … … … … … … … … … … … … … … … … … … <br /><br />• Pandai dengan angka-angka * Artistik<br />• Pandai dengan kata-kata * Bekerja sama dgn baik dengan semua orang<br />• Berpikir kreatif * Membangun segala macam<br />• Atletik * Menerima orang lain<br />• Menjadikan segalanya terjadi * Meramalkan apa yang akan tejadi<br />• Merasakan kebutuhan * Berbicara<br />• Mekanis * Bercerita<br />• Menghafal * Musik<br />• Mengambil keputusan * Hal-hal yang sepele<br />• Menulis<br />• Mendengarkan<br />• Penuh Humor<br /><br /> <br />10. Semua orang punya satu talenta atau lebih. Kamu pandai pada apa pada daftar diatas? Atau tuliskan pada yang belum termasuk diatas.<br />The answer is :<br />Aku ituu…<br />- Pandai dengan kata-kata. Silahkan saja bersilat lidah dneganku, selama tidak campur emosi, aku bisa membuatmu merasakan apa yang namanya ‘tuan makan senjata’ *angkat golok*<br />- Menulis. Aku akan menuliskan apa yang terjadi dengan diriku, apa impianku, apapun. *pelarian teman curhat*<br />- Meramalkan sesuatu yang terjadi padaku dengan feeling. Kadang, aku bangun pagi-pagi, menghirup udara segar dan terdiam…kalau perasaanku ga enak berarti aku bakal sial. Dan kejadian. Hehe *paranormal*<br />- Mendengarkan. Aku bukan makhluk tipe pencerita, aku lebih suka mendengar dan memberi orang yang berbicara padaku kesempatan untuk curhat. *tipe psikolog andal*<br />- Aku bisa bekerja sama dengan baik kepada siapapun. *gimana ramenya aja*<br />- Aku itu diam-diam menghanyutkan. Hati-hati.Nona Nizhttp://www.blogger.com/profile/02303151812130038613noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7253114227920188374.post-9156590623665072752011-04-21T01:06:00.000-07:002011-04-21T01:07:09.120-07:00tanyakanTanyakan pada dirimu sendiri,<br />Bagaimana kau menahanku tetap disini<br />Padahal aku ingin pergi<br /><br />Tanykan pada dirimu sendiri<br />Bagaimana kau cengkeram kakiku<br />Menjatuhkanku lagi<br /><br />Tanyakan pada dirimu sendiri<br />Bagaimana kau kurung hari-hariku<br />Menggerahkanku <br /><br />Tanyakan pada dirimu sendiri<br />Bagaimana kau rebut kendaliku atas hidupku<br />Lupakaknku pada diriku<br /><br />Dan tak pernah kau tanyakan pada diriku<br />Bagaimana aku ingin melangkah pergi<br />Kembali..<br /><br />Ya, kembali pada hidupku <br />Tanpa dirimu.Nona Nizhttp://www.blogger.com/profile/02303151812130038613noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7253114227920188374.post-34260884243008632492011-04-21T01:05:00.000-07:002011-04-21T01:06:14.861-07:00salah berharapMungkin kamu yang salah bicara,<br />Atau aku yang salah tangkap,<br />Atau aku yang terlalu berharap.<br /><br />Mungkin kamu tak seperti yang kubayangkan<br />Atau aku yang terlalu meninggikanmu<br />Atau aku tertipu karenamu.<br /><br />Mungkin mimpi selalu menang<br />Atau bayangan selalu terlalu indah<br />Atau kenyataan tak berpihak padaku.<br /><br />Atau aku yang bodoh.<br />Atau aku yang lugu.<br />Atau aku yang selalu dan selamanya<br />Tertipu.Nona Nizhttp://www.blogger.com/profile/02303151812130038613noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7253114227920188374.post-23445824080461840502011-04-21T01:03:00.000-07:002011-04-21T01:05:15.283-07:00biar diaTak terhitung banyaknya malam yang ia hitung dengan jemari kurusnya di kamar isolasi sempit yang berbau obat.<br /><br />Untuk apa ia disana? Jangan tanyakan itu padanya. Pertanyaan itu berumur sama dengan lamanya ia disana. Jawban yang bisa diberikannya hanya tatapan kosong dan kepala yang menggeleng. Hanya itu.<br /><br />“Aku pikir dia bisu.”<br /><br />“Aku belum pernah mendengar suaranya. Dia yang paling aneh.”<br /><br />“Ya. Tak pernah berontak untuk minum obat atau disuntik. Tak pernah,”<br /><br />Bisik-bisik seperti ini selalu didengarnya, dari dua wanita yang rutin memasuki kamarnya, memberi bermacam pil dan makanan. Mereka kadang mengajaknya bicara, getol pada hari-hari awal dan menyerah pada akhirnya.<br /><br />Ia seperti ditinggalkan suaranya. Seperti mimpi yang meninggalkannya. Seperti hidup yang perlahan-lahan menjauh, menyeretnya dalam kesunyian, sepi, yang entah bagaimana justru membuatnya nyaman. Semakin menenggelamkan diri dalam sel persegi berbau obat, diam dan hanya melempar pandang kosong pada apapun yang ditatapnya.<br /><br />Tidak, tidak. Aku tidk bisu. Suara yang meninggalkanku. Aku berusaha meraihnya, tapi dalam sel kotak ini, dariman aku mendapatkannya? Darimana aku mendapat mimpiku? Kenapa aku disini? Tak ada yang kukenal disini. Mereka-mereka yang berlalu lalang seperti memakai topeng. Apa pedulinya mereka? Menanyakan bagaimana keadaanku, apa pentingnya buat mereka? Dan aku hanya akan diam disini. Sampai suara mendatangiku.<br />Dan begitulah ia. Mematung. Patung yang bernapas. Kasak-kusuk yang lebih kejam berkata oksigen yang dihirupnya akan jauh lebih bermanfaat bila dihirup orang lain.<br />Aku terluka. Terbunuh oleh masa lalu dan kesunyian. Jiwaku mati. Aku tak sanggup bermimpi. Tak sanggup berpijak tanah, bertemu matahari dan disapa angin. Aku mati. Mati.<br />Sampai hari ini.<br /><br />Tersentak dari tidurnya yang sebentar. Suaranya mendadak kembali. Dan jerit-jeritnya memenuhi lorong, membuat dokter jaga berdatangan. Di kamar isolasi itu, ia bergerak kesetanan. Berteria-teriak tak jelas. Dua dokter memegangi lengannya.<br />“Jangan sentuh aku! Jangan sentuh aku!” ia lemas beberapa saat. Kemudian ia menggila lagi. “Biar! Biarkan aku! Biarkan aku!”<br />Dokter mengendurkan pegangannya. “Biarkan aku!”<br />Ia lemas lagi. Diam mematung, tak berontak walau dokter sudah melepaskannya. “Biarkan aku…” bisiknya. “Menangis.” Dokter terdiam. Dan mengalirlah sisa malam itu. Ia menjerit, menangisi sisa hidupnya.Nona Nizhttp://www.blogger.com/profile/02303151812130038613noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7253114227920188374.post-71799370255137237882011-04-21T01:02:00.000-07:002011-04-21T01:03:37.529-07:00stupid fake smilesMereka…<br />Yang terlihat mendukung padahal menjatuhkan<br />Yang bertepuk tangan padahal mengharapkan yang terburuk<br />Yang tersenyum padahal meludah.<br />Ini wilayah abu-abu.<br /><br />Abu-abu itu campuran hitam dan putih. Abu-abu itu tidak jelas apakah hitam atau putih. Abu-abu mengaburkan pandangan. Menghasilkan ilusi yang semua sama saja.<br /><br />Hidup dalam wilayah abu-abu memaksa ‘aku’ dan ‘mereka’ menjalankan satu peran dan satu scenario, pura-pura. Pura-pura memoles warna abu-abu menjadi putih, yang terlihat menyenangkan. Iya menyenangkan melihat semuanya ‘mendukung’ dan ‘tersenyum’, tetapi sungguh tidak menyenangkan begitu tahu kalau semua palsu. Mereka ‘menyukaiku’, ‘mendukungku’, tapi who knows jika aku terpeleset sedikit saja langsung didorong semakin dalam, melesak dalam keputusasaan berbalut topeng.<br /><br />Di wilayah abu-abu semuanya samar. Teman dan musuh sama saja. Kesenangan, kekecewaan atau kemarahan terlihat sama saja. Butuh usaha ekstra keras kalau mau tau apa yang sebenarnya saya rasakan, tapi who cares tentang itu semua. Disini yang dipedulikan hanya tampak luar. Siapa peduli tentang ‘yang sesungguhnya’? Toh disini kan abu-abu, pura-pura.<br /><br />Ketika aku lelah tersenyum, aku bosan dengan semua skenarionya, hidup disini seperti hidup dalam pusaran air. Aku berada ditengah-tengahnya, yang semakin lama semakin jauh terpuruk, sampai ke dasar. Masalahnya, dimana dasar itu, sesungguhnya aku tidak tau. Apakah aku sudah terpuruk, atau masih melayang-layang menunggu jatuh. Tidak ada yang memberitahuku, hanya berkata kalau semua baik-baik saja.<br /><br />**triaanisa.padatanggalduamaretduaribusebelas.**Nona Nizhttp://www.blogger.com/profile/02303151812130038613noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7253114227920188374.post-11363955962219687142011-04-21T01:00:00.001-07:002011-04-21T01:02:09.823-07:00menghilang dan kembaliakuuuu puuulllaaaaaangggg...tanpaaaaaa dendaaammm<br /><br />ahaha.<br /><br /><br />berbulan-bulan saya tinggalkan blog imyuttt bin kiyuut ini, sekarang say akembali. nggak penting sih sebenernya mau kembali atau nggak...<br /><br />tapi inilah saya...Nona Nizhttp://www.blogger.com/profile/02303151812130038613noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7253114227920188374.post-18575402834071442122010-10-09T23:44:00.000-07:002010-10-09T23:48:40.098-07:00owl cityHistory<br />[edit] Early years (2007–08)<br /><br />Suffering from insomnia while working at a Coca-Cola warehouse in his hometown, Young turned to music.[4][5][6] He began receiving attention for songs he had uploaded to MySpace, the "viral popularity" of which would later result in his signing to a major label.[6][7] In 2007, Owl City released an EP titled Of June, followed by the 2008 release of the album Maybe I'm Dreaming. Of June reached #20 on the Billboard Electronic Albums chart, and Maybe I'm Dreaming peaked on the same chart at #16.[8]<br />[edit] Ocean Eyes (2009)<br /><br />Owl City's third album, Ocean Eyes, was released on iTunes on July 14, 2009, with the physical release following on July 28, 2009. The album debuted at #27 on the Billboard 200. Owl City has released three official singles: "Umbrella Beach", "Vanilla Twilight", and "Fireflies".[9] "Fireflies" topped the US and Canadian charts and became the most-downloaded song on iTunes in the US. Ocean Eyes reached the top ten on the US album charts and topped the US electronic charts and also reached Amazon MP3's top 10 most downloaded album list. By December 2009, it was certified Gold in the United States. On January 24, 2010, Owl City reached the number 1 spot in the UK Top 40 Singles chart with "Fireflies". The song "Tidal Wave" also received significant airplay on Christian music radio stations.[citation needed]<br /><br />Young is joined by Breanne Düren on several tracks; the most noted being "The Saltwater Room". Owl City's live band consists of Breanne Duren (background vocals/keyboards), Matthew Decker (drums), Laura Musten (violin), and Hannah Schroeder (cello).<br /><br />Relient K vocalist Matt Thiessen has toured and collaborated with Owl City on several tracks, including "Fireflies", where Matt can be heard providing the backup vocals. Young also produced Relient K's song "Terminals". Thiessen stated that it is very likely that he and Young will produce a side project called "Goodbye Dubai" in the future.[10]<br /><br />"Fireflies" was released as a free download on the iPod/iPhone game Tap Tap Revenge 3 by Tapulous. Prior to the July 14, 2009 internet release of Ocean Eyes, and the "Fireflies" single, Steve Hoover was hired as a director for a music video for "Fireflies". The video was to have had an exclusive premiere on MySpace,[11] but had been leaked onto YouTube and Dailymotion hours earlier. "Fireflies" became a big sleeper hit, topping the Billboard Hot 100 in the United States for the week ending November 7, 2009.[12]<br /><br />Owl City is featured on Soundtrack 90210 with a song titled "Sunburn", which was released on October 13, 2009.[13] Owl City has toured with The Scene Aesthetic and Brooke Waggoner. He was also guest featured in the soundtrack to Tim Burton's Alice in Wonderland with a song that had already been featured in his debut album, "The Technicolor Phase".[14]<br /><br />On Monday, December 7, 2009, Owl City was shortlisted as one of the 15 acts for the BBC Sound of 2010.<br /><br />Owl City is currently touring with Lights and Deas Vail. He announced on March 31, 2010, that he would be supporting John Mayer starting on August 18.[15]<br />[edit] 2010<br /><br />Young has revealed a new musical project known as Sky Sailing, moving away from his usual electronica genre of music and introducing acoustic guitar and piano accompaniments into his work. The unrefined tracks were recorded in the summer of 2007 before he began making music as Owl City.[16] His first album under this new project is entitled "An Airplane Carried Me To Bed", and was released July 13, 2010 via iTunes.[17]<br /><br />He also recently announced via Twitter that more music will soon be released under his main project, Owl City.[18]<br /><br />In May, 2010, Adam Young collaborated with high-profile British electronic composer, producer, musician, and songwriter Nick Bracegirdle. Under his Chicane alias, Bracegirdle released the single 'Middledistancerunner' on 1 August 2010 featuring Adam Young on vocals. This will be the first single from the upcoming fourth Chicane album Giants.<br /><br />He also worked with famed Dutch producer Armin van Buuren, appearing on a track called 'Youtopia' from the forthcoming van Buuren album Mirage on September 10, 2010.<br /><br />On August 2, 2010, it was announced that a cancellation of the Owl City opening for Maroon 5 due to medical issue (kidney stone) was necessary.[19]<br /><br />He also stated on his Twitter, that he will release a song for the upcoming film, Legend of the Guardians, titled To The Sky [20][21] which hit the Internet on September 1, However most videos which had the song have been removed from YouTube due to several copyright claims by UMG.[citation needed]<br /><br />On September 1, 2010, Adam Young opened Owl City University as an interactive fan site with projects and homework including the integration with Facebook and Twitter. It is an area where other fans can join groups and communicate. It contains "projects" to complete to get credits. It includes messages directly from Adam Young as video blogs.<br />[edit] Musical styles and influences<br /><br />Owl City has been stated to play within the musical genres of indietronica, emo-pop,[2][22][23] and alternative.[2] Young has stated that he is inspired by disco and European electronic music.[24]<br /><br />Owl City has been compared to The Postal Service, with a number of publications going as far as accusing Owl City of "ripping off" The Postal Service.[25][26]<br /><br />Adam Young suggested in a 2009 interview with The New York Times that Owl City is perhaps the "next chapter" after The Postal Service:<br /><br /> [The Postal Service] released a record in 2003, and that was it. There was really nothing to compare it to until some one else came along and wrote the next chapter. Maybe that's this record. Maybe that's this band.<br /> —Adam Young, The New York Times, "From Mom’s Basement to the Top of the Chart"[27]<br /><br />[edit] Other projects<br />Main article: Adam Young<br /><br />Young also produces music under a wide variety of other projects, some of which contain only a single song.[28] These projects include Port Blue, Windsor Airlift, Dolphin Park, Insect Airport, Keehar, Seagull Orchestra, Sky Sailing, and Swimming With Dolphins.<br /><br />Most of these projects were started before Owl City propelled Young to fame. Some were formed alongside Adam's college friends as musical projects for a music course Young was studying at the time.<br />[edit] Concert toursNona Nizhttp://www.blogger.com/profile/02303151812130038613noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7253114227920188374.post-45447958389464981792010-09-03T23:00:00.000-07:002010-09-03T23:06:20.736-07:00mohon maaf lahir dan batinRamadhan baru aja lewat.<br />dan sekarang yang tiba adalah lebaran.<br /><br />dengan ini, saya mau minta maaf ke semua orang yang udah merasa tersakiti sama saya. entah itu emang orang yang saya kenal atau orang yang tidak saya kenal. dan entah perbuatan saya disengaja atau tidak. entah memalui perbuatan atau kata-kata.<br /><br />yah, maafkan yah.<br /><br />biar bisa menyambut lebaran dengan hati yang bersih, tanpa dendan kesumat. kan hakikat lebaran adalah kembali ke fitrah kita, di hari yang suci.<br /><br />SELAMAT MERAYAKAN IDUL FITRI 1431 HIJRIAH<br />MINAL AIDIN WAL FAIDZIN<br />:)Nona Nizhttp://www.blogger.com/profile/02303151812130038613noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7253114227920188374.post-35728979521451423112010-09-03T22:58:00.000-07:002010-09-03T22:59:50.077-07:00happy 6th anniversary the changcutersWow Ma!<br />Nggak kerasa band kesayangan saya dan seluruh changcut rangers dimanapun di pelosok dunia termasuk yang lagi ngumpet di kolong lemari, udah berumur enam tahun.<br />Band ini berdiri sejak nggak mendapat tempat duduk (makanya band ini berdiri kan?hehe). Nggak ding. Terbentuknya tanggal 19 September 2004. <br />Saya sedih banget, nggak bisa menyambangi Pondok Wow Ma buat sekedar ngucapin hepi eniverseri. Yah, penyebabnya nggak lain nggak bukan adalah nggak punya ongkos. Tau kan, sorong – bandung jauh. Jadi, Cuma lewat ini saya mengucapkan HAPPY SIXTH ANNIVERSARY….<br />Melalui ini, saya mau mengungkapkan harapan-harapan saya buat The Changcuters. Ah, semoga akang-akang baik hati dan tidak sombong ini membacanya…<br />Yang pertama, semoga sukses ya Kang. Kalo udah sukses, cobalah untuk sukses kembali, nyaingin si kalajengking hitam itu…<br />Trus, saya dan seluruh changcut rangers menanti album ketiga kalian…janji deh, kami changcut rangers sejati, nggak bakal beli yang bajakan. Kami beli yang asli!<br />Lalu, buat akang yang udah menikah (yang sayangnya bukan dengan saya….huhuhu) yaitu Mas Erick dan Kang Alda, semoga langgeng ya sampe kakek nenek…, dan buat yang belum merid, semoga dimudahkan jalannya. Yah, kalo mau gampang, pake tol aja Kang…hehehe.<br />Lanjut ya… semoga The Changcuters kedepannya makin eksis di blantika music Indonesia…dan dunia! Nggak boleh kalah dong sama band baru yang bermunculan yang semakin nggak jelas itu…<br />Terus, jangan lupakan kami, penggemar yang setia dengan The Changcuters. Tetaplah menjadi akang yang baik hati tidak sombong dan rajin menabung. Bukankah friendship is number one? Dan changcut rangers adalah friends The Changcuters?<br />Dan semoga sukses makmur dunia dan akhirat …<br />Akhir kata, saya Cuma bisa bilang<br />Happy happy anniversary the changcutersssssssss….<br />We love you!<br />Changcut rangers proud of you!<br />Changcut rangers is your soul, right?<br />Changcut rangers and the changcuters..is ONE!<br />Biar orang berkata apa, bagi changcut rangers the changcuters segalanya..oh oh<br />I love you changcut!Nona Nizhttp://www.blogger.com/profile/02303151812130038613noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7253114227920188374.post-58027276464400450532010-09-03T22:55:00.000-07:002010-09-03T22:58:27.676-07:00si manisSesiangan itu,sepulang sekolah, Niz melajukan motornya dengan kalut. Soalnya, dia belum menemukan adiknya, si Lili. Kata temen-temen sekelasnya sih, Lili udah pulang. Tapi mana? Biasanya Lili kalo pulang sebelum Niz pulang, pasti dia lagi asyik jongkok sambil meringis, nyender di dinding depan kelas Niz. Anak itu biar udah gede suka takut pulang sendirian. Alasannya, kalo ada tukang ojek gratis, ngapain bayar angkot?<br /><br />Sebenarnya sih, Niz nggak pusing-pusing amat kalo si Lili ngilang. Bagus malah, nggak ada anak bawel yang hobinya ngeganggu Niz yang lagi asyik belajar matematika. Tapi yang nyebelin kalo Lili nggak duduk di jok motor ketika Niz pulang sekolah, adalah omelan panjang lebarnya Ibu. “Kamu itu! Gimana kalo Lili dijadiin umpan genderuwo? Kamu sebagai kakak harusnya bisa dong, jagain adek kamu. Jangan egois, mentang-mentang pulang duluan, adekmu ditinggal!” Niz suka sebel kalo dituduh sebagai kakak yang nggak bertanggung jawab. Lebih sebel lagi kalo habis mendengar ceramah Ibu tentang bagaimana manjadi kakak yang baik, Lili-nya tiba-tiba muncul dengan cengiran sok nggak bersalah. Langsung deh anak itu dapat kado manis, dijitak kuat-kuat sama Niz!<br /><br />Sampai sore menjelang, Lili belum muncul di rumah. Niz jadi sebel. Ibunya juga cemas nungguin si Lili. Takut terjadi apa-apa sama anak ajaib itu. Pernah, Lili pulang dengan kepala benjol. Ketika ditanyain, Lili jawab sambil nyengir, “Anu, tadi abis berantem sama anak TK!”<br /><br />“Assalamu’alaikum!” seru Lili riang di pintu rumah. Meooongg…<br /><br />“Nah, Pus! Nih rumah kamu sekarang…” sementara kucing di gendongan Lili langsung diturunkan paksa, dan tuh kucing dengan nalurinya langsung menjelajah suasana baru.<br /><br />“Lili! Dari mana aja kamuuuu…sesorean ini baru pulang?” omel Niz yang muncul tiba-tiba disertai asap putih. Biar berkesan misterius, gitu…<br /><br />“Belajar di rumah Susi!”<br /><br />Kucing Lili tanpa diduga malah mengitari kedua kaki Niz, dengan manja.<br /><br />“Idiiih…Lili! Kucing siapa ini…??” Niz langsung mengibaskan kakinya, mengusir kucing manis itu. “Keluar, ih!”<br /><br />“Eh jangan! Ini kucing Lili!” Lili meraih kucing itu. “Namanya Andromeda,” ujar Lili. “karena bukan kucing Bali. Kalo kucing Bali, namanya jadi Andro-made!” <br /><br />“ Bawa keluar…!!” bentak Niz, yang sekarang hinggap di sofa ruang tamu, demi menghindari si kucing gemuk itu.<br /><br />“Nggak!” balas Lili, lebih nyolot dari bentakan Niz.<br /><br />“Bawa keluar! Kamu kan tau, aku nggak suka kucing!”<br /><br />“Ah, bohong! Buktinya dikamarmu ada boneka Garfield!”<br /><br />“Itu kan boneka! Ini kucing asli…ih, bawa keluar dooongg!!”<br /><br />“Enak aja! Kasiaaan, tauuukkk!” Lili dengan nyolot mempertahankan kucing itu dalam gendongannya.<br /><br />“Apaan sih? Lili, darimana kamu?” ujar Ibu yang demi mendengar pertengkaran kakak adik itu langsung muncul dari dapur.<br /><br />“Tadi Lili belajar di rumah Susi, Bu!” lapor Lili.<br /><br />“Lain kali kalo mau belajar pas pulang sekolah, kasih tau kakakmu dulu,”<br /><br />“Pulsa Lili abis, Bu! Beliin doong…” Lili malah merajuk.<br /><br />“Nggak! Jatah pulsa kamu ya segitu aja. Kalo abis, tanggungjawab sendiri.” <br /><br />Lili merengut. Sedangkan Niz menunjuk-nunjuk kucing dalam gendongan Lili.<br /><br />“Bu, Lili bawa oleh-oleh tuh! Kuciiing…usir keluar dong!”<br /><br />“Kucing darimana, Li?” Ibu mengambil kucing gemuk nan manis itu dari gendongan Lili.<br /><br />“Tadi, di rumah Susi. Kan banyak kucing yang berkeliaran nggak jelas luntang lantung gitu, yaudah Lili ambil satu aja. Si Susi-nya malah ngamuk-ngamuk. Heran deh.” Jelas Lili. “Boleh piara kan, Bu?”<br /><br />“Hmmm, lucu juga. Boleh. Asal jangan nakal. Udah ah, Ibu ke dapur dulu.”<br /><br />Lili ikut ke dalam dapur. Sebelum benar-benar meninggalkan ruang tamu, Lili sempat menjulurkan lidah tanda kemenangan ke arahnya. “Weee…!!!” dan si Andromeda ngikut langkah Lili, dengan pandangan angkuh layaknya seekor kucing.<br /><br />Singkatnya (abisnya males nulis…hihihi) beberapa hari si kucing itu jadi piaraan resmi keluarga Niz. Bapaknya nggak ngelarang, apalagi Ibunya yang mengiyakan saja kemauan si anak manja, Lili. Sedangkan buat si kucing itu, seluruh rumah adalah zona bermainnya, kecuali kamar Niz dan ruang manapun yang sedang Niz kuasai. <br /><br />Lama-lama si Andromeda itu nggak gitu-gitu menakutkan juga bagi Niz. Dia mulai merasa nyaman dengan kehadiran kucing gemuk itu. Bahkan kalau Andromeda nyelonong masuk ke kamar Niz, dibiarin aja tuh sama Niz.<br /><br />Sesiangan itu, Niz lagi asyik-asyik ngelus bulu Andromeda yang ternyata halus banget.<br /><br />“Euh, kalo tau semua kucing itu manis kayak kamu, nggak bakalan deh saya benci sampe nyaris phobia sama sodara-sodara kamu itu!” gumam Niz sambil masih asyik ngelus bagian punggung kucing itu. Andromeda jadi keenakan, matanya merem melek. Dengan manjanya, kucing itu bangkit dan asyik tiduran di pangkuan Niz. Niz kegelian sendiri sama tingkah kucing itu. Niz ingin menggendongnya, tapi tampaknya harus berpikir dua kali. Siapa tau si kucing berontak dan mencakar?<br /><br />“Naaa…ketahuan…!! Niz sayang kan sama si Pus? Hayoo, ngaku…?? Dulu aja tereak-tereak minta dibawa keluar si Andromeda, sekarang eh sekarang malah asyik mangku…?? Yeee…tanaman makan pagar!” celoteh Lili yang bawel itu. Dia muncul dari depan, mulutnya celemotan cokelat dan tangan kanannya menggenggam sebatang cokelat yang hampir lumer, tangannya sampai kotor. Bahkan sampe bajunya pun kena bercak cokelat. Heran. Tuh anak sampe gede begini tetep aja kayak anak kecil.<br /><br />Niz jadi tengsin. Cepet-cepet dipindahkannya si Andromeda.<br /><br />“Apaan sih? Orang kucing kamu yang dateng-dateng minta dipangku!” Niz berkelit. Kan tengsin ketahuan suka sama kucing di depan adiknya yang bawel.<br /><br />“Ngakuuu ajaaa…” Lili dengan riang berlarian ke dapur. Sibuk mengaduk-aduk isi kulkas, mencari air dingin.<br /><br />Malamnya Niz lagi asyik memahami buku komik punya si Lili di meja belajar. Sedangkan si Andromeda dibiarkan bertengger manis di kasur.<br /><br />Merasa lapar, Niz keluar kamar dan dengan ributnya berteriak minta makan. Heuh, kayak dimana aja si Niz ini. Persis mbak-mbak hutan wisata yang hobi gelayutan dari pohon ke pohon.<br /><br />Puas mengisi perut dengan suguhan sayur asem plus ikan asin dan sambal yang asli bikin perut Niz jadi murus-murus dan cukup 2 kali bolak-balik kamar mandi, Niz kembali ke kamarnya. Melanjutkan baca-baca komik punya si Lili itu. Sedang Lili sedang heboh di kamarnya, mencari-cari buku komiknya yang baru kemarin dibeli. Tapi Niz nggak peduli. Toh Lili sering ngambil buku pe-er bahasa Inggrisnya diam-diam kok. Bukaan, bukan buat diisi atau apa. Lili bukan tipe adik yang peduli sama kesulitan Niz yang satu ini. Tapi buat dikomentarin tuh, nilai-nilai Niz di buku itu. Kalo nilainya bagus, ditulisin gini, “nyontek dari mane lu Niz?”, kalo nilainya jeblog dikasih komentar gini, “aaah, Niz, payah lu. Masa udah nyontek tetep kayak gini nilainya? Makanya kalo cari tempat contekan yang qualified dikit dong!”.<br /><br />Selagi tenggelam dalam serunya cerita petualangan geng motor yang asli bikin terharu karena ternyata tokohnya menjunjung nilai-nilai Pancasila, Niz merasa ada wewangian aneh di kamarnya. Pikirannya langsung tertuju pada adik semata wayangnya. Niz mikir kalo si Lili sedang bikin sajen buat ngusir nyamuk yang usil bikin sarang di kamarnya.<br /><br />Niz merasa nggak enak dengan wewangian yang tidak termasuk dalam kategori aroma terapi itu, jadinya makhluk itu keluar kamar lagi. Baru hendak mencapai pintu kamar yang terbuka, Niz melihat cairan kekuningan, dan matanya dengan tajam setajam silat, langsung mencari si Andromeda, yang tidak terlihat lagi di kamarnya. Jeritan Niz pun langsung melengking.<br /><br />“LILI!!! KUCING LO TUH! BAWA KELUAAARRRR…!!!”Nona Nizhttp://www.blogger.com/profile/02303151812130038613noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7253114227920188374.post-16216505540485603872010-09-03T22:52:00.000-07:002010-09-03T22:54:53.890-07:00IbuKetika waktu istirahat tiba, Niz nggak ikut-ikutan teman-temannya hura-hura di kantin. Dengan muka suntuk dan banyak minat untuk hura-hura tapi sayang kantongnya lagi cekakakan karena cekak abis. Niz kahirnya hanya bisa untuk mencoba baca buku resep masakan yang nyasar di tasnya, apa lagi kalo bukan ulah Lili. Tapi justru melihat gambar makanan yang maknyusss begitu, Niz tambah lapar. Akhirnya, ia tarik buku satu lagi tasnya yang gedenya amit-amit. Dan, yang ada di tangannya kini, buku belajar mengeja untuk anak TK, punya tetangganya. Niz jadi kesel setengah mampus, kenapa buku-buku ajaib gitu bisa bergabung dengan buku pelajaran di dalam tasnya.<br /><br />Daripada nemuin buku ajaib lagi, Niz lebih memilih untuk menghampiri Resi, temannya yang hari itu juga nggak ikutan ke kantin.<br /><br />“Oii, Res! Tumben nggak ke kantin?”<br /><br />Resi nyengir. “Kalo saya ke kantin, itu baru tumben!”<br /><br />Niz tanpa permisi langsung curhat dengan sedihnya. Mulutnya dimonyong-monyongin segala, mukanya di setel sok memprihatinkan.<br /><br />“Huh, nyebebelin banget nyokap saya. Pagi-pagi nggak ngebikinin sarapan pagi. Padahal biasanya udah nyiapin sejam sebelum saya bangun. Katanya tuh lupa, bangun kesiangan. Mana nggak dititipin uang jajan. Padahal cekak banget saya, duit bulanan dari kemaren udah abis. Nyokap bilang, kalo duit bulanan udah abis ya udah, duit segitu kan buat sebulan, tapi kalo saya mah, duit segitu seminggu juga abis. Yah, bahkan sehari juga bisa abis…kalo lagi beruntung dicopet maling jemuran. Yaelah, nggak tau nih nyokap, kalo pagi tadi saya belum sempat sarapan, Cuma nilep roti punya si Lili, setan kecil bawel itu. Kan jadi lapar berat sayanya. Ada kali dua puluh kiloan beratnya. Trus nyokap saya itu over protective sama saya. Katanya kalo naik motor nggak boleh sambil ditenteng itu motor. Kalo lagi jalan-jalan juga, nggak boleh pulang malam. Yaudah, karena nggak boleh pulang malam, saya pulangnya pagi aja. Eh, si nyokap malah ngamuk-ngamuk. Aneh deh.” Niz yang kehausan abis menceritakan riwayat hidupnya, langsung menyambar botol minum punya Resi.<br /><br />Resi terdiam cukup lama. Sepertinya lagi menghayati cerita Niz yang diceritakan dengan khidmat nggak berhenti-berhenti.<br /><br />“Niz, enak kali ya punya Ibu yang perhatian kayak Ibu kamu?” tau-tau si Resi bertanya kalem.<br /><br />“Enak darimana, atuh, Res. Ribet…kalo saya nggak muncul-muncul di rumah, ditanyain mulu. Kan saya paling perginya setengah hari aja, paling lama juga seminggu balik.”<br /><br />Resi tercenung.<br /><br />“Saya… pengen deh punya Ibu kayak gitu… atau paling nggak, ya punya Ibu.”<br /><br />“Eh?”<br /><br />“Iya. Ibuku kan dua tahun lalu meninggal.”<br /><br />“Oh ya? Ya ampuun, Res..maaf…aduh, jadi nggak enak. Kamu kok nggak pernah cerita?”<br /><br />“Terlalu pahit, Niz.”<br /><br />“Saya tambahin gula deh.”<br /><br />“Hmmm…” Resi menerawang ke langit-langit kelas yang sudah pada bolong. “dulu waktu Ibu masih ada, saya sering mengabaikannya. Waktu Ibu sakit malah saya jarang banget menjenguk. Asyik jalan-jalan sama teman-teman. Nggak pernah peduli sama Ibu. Malah saya sering ngebentaknya, kalo keinginan saya nggak langsung dibeliin. Saya juga nggak pernah dengerin nasihatnya. Malas belajar. Padahal Ibu ingin saya jadi pinter. Kan lumayan buat bantu-bantu jagain rumah. Meski Ibuku nggak seperhatian Ibu kamu, karena adek saya banyak. Ibu memang lebih memperhatikan adek-adek saya. Saya jadi merasa kurang diurus. Tapi saya yakin kok, itu karena Ibu menganggap saya sudah cukup besar untuk mengurus diri sendiri.”<br /><br />Niz jadi terdiam.<br /><br />“Niz, andaikan waktu bisa diulang lagi, saya nggak akan mau ngebentak Ibu saya. Saya mau mendengar semua nasihatnya. Sekarang kalau diingat perlakuan saya sama Ibu, rasanya kejam sekali. Padahal jasa Ibu jauh lebih berharga daripada barang-barang yang saya minta. Andaikan masih ada waktu untuk merubah sikap saya dan Ibu masih ada, akan saya ubah sikap saya itu.” Resi menyusut airmata yang hendak jatuh. Niz dengan lembut membelai punggung temannya itu.<br /><br />Dentang lonceng tanda istirahat usai bergema. Niz kembali ke tempatnya, dan mengucap syukur, punya Ibu yang perhatian. Saat itu juga, Niz berjanji bakalan jadi anak yang berbakti pada Ibunya.Nona Nizhttp://www.blogger.com/profile/02303151812130038613noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7253114227920188374.post-87413970763935912382010-09-03T22:30:00.000-07:002010-09-03T22:36:07.320-07:00tebak-tebakannya niz :DSiang hari yang panas. Niz lagi asyik tidur-tiduran di kamarnya yang panas, mau nyalain kipas angin juga lampunya mati, sambil baca-baca novel. Tak lupa pensil butut kesayangannya, dipakai buat ngetok-ngetokin kepalanya sendiri. Kadang malah diemutin tuh pensil malang.<br /><br />Kemudian, ketukan keras nggak berperikemanusiaan terdengar berulang-ulang. Niz udah hapal ketukan itu.<br /><br />“Niz!” wajah Lili yang berponi itu menyembul. Tanpa disuruh, makhluk itu langsung tidur-tiduran di kasur sebelah Niz sambil mencoba menyalakan kipas angin pakai jempol kaki.<br /><br />“Kok nggak nyala? Rusak ya?” <br /><br />“Lampu mati,”<br /><br />“Lampu mati apa hubungannya sama kipas angin?” Lili kesal sendiri, dan kembali tengkurap di atas kasur, sambil membuka lembar –lembar buku kecil yang udah lusuh. Beberapa saat kemudian, dengan gerakan tersentak ala orang yang bangun tiba-tiba dari nightmare, Lili terbangun dan langsung menarik-narik jempol kaki Niz yang sekarang berada tepat di depan wajahnya.<br /><br />“Niz! Niz! Niz!”<br /><br />“Hmm?” Niz mengangkat mukanya dari lembar ke lima puluh tujuh novel pinjamannya.<br /><br />“Niz, main tebak-tebakan yuk. Bosen banget nih,”<br /><br />Niz, yang emang pada dasarnya doyan tebak-tebakan, mengiyakan permintaan adik tersayangnya itu. “Hm, siapa takut?”<br /><br />“Tebak nih yaa… tahu, tahu apa yang paling buesaarr…?” Lili memulai ronde pertama.<br /><br />“Aih, gampang itu. Tahu isi Sumedang! Iya, kan?” Niz menjawab dengan mudahnya. <br /><br />“Sialan, pake acara tau segala…” Lili merengut kesal. Niz hanya terkekeh kecil. Tapi Lili masih punya tebakan lain.<br /><br />“Kalo ikan yang paling seram?”<br /><br />“Ikan bakar Cianjur!”<br /><br />“Kalo kue paling besar?”<br /><br />“Kue lapis Surabaya!”<br /><br />Tebak-tebakan Lili hampir abis. Niz langsung mengambil alih.<br /><br />“Nah, giliran gue sekarang. Apa fungsi ekormu?”<br /><br />“Ekor? Gue nggak punya ekor kalii…lu kali tuh…” protes Lili.<br /><br />“Untuk menghitung monyet. Hihihi…” Niz menjawab sendiri, nggak peduli dengan protes Lili.<br /><br />“Huh, sialan. Mana yang lebih pinter, monyet atau anjing?”<br /><br />“Nggak tau. Gue kan nggak pernah sekelas sama mereka.”<br /><br />“Gue juga nggak pernah sekelas sama mereka. Jadi gue nggak tau juga. Oke deh, lupakan pertanyaan itu. Kalo orang kaya jadi orang miskin, orang miskin jadi apa?”<br /><br />“Jadi banyak!”<br /><br />“Aih, lu kok tau lagi, tau lagi. Sial. Kalo sapi jadi rumput, manusia jadi apa?”<br /><br />“Jadi heran! Ajaib banget sapi bisa jadi rumput. Dari tadi pertanyaanmu gampang banget deh. Kalo lu jago, jawab yang ini. Apa yang item, kecil, ngos-ngosan?”<br /><br />Lili mikir bentar. “Semut push-up kali!”<br /><br />“Nah, pinter kamu sekarang. Jawab lagi yang ini… apa persamaannya batu sama buta?”<br /><br />“Mmm…” Lili berpikir keras. Keliatan dari keningnya yang berkerut dan bola matanya yang bergerak kesana kemari, mencari inspirasi. “Sama-sama terdiri dari huruf be, u, te, sama a kali!”<br /><br />“Salah. Batu sama buta, sama-sama nggak baik buat mata!”<br /><br />“Yeee…kalo lu jago inggris, Niz, jawab yang ini deh. Apa bahasa inggrisnya keramas?”<br /><br />“Creambath?” Niz menjawab ragu-ragu.<br /><br />“Salah!! Golden monkey!” Lili jadi merasa menang kali ini. (kera = monkey, mas/emas = golden. Keramas = golden monkey)<br /><br />“Siaaal. Gajah hanya terdapat dimana?”<br /><br />“Di afrika, kalo nggak ya di kebon binatang!” Lili menjawab dengan pedenya.<br /><br />“Salah! Di paling belakang.” (ha-nya alias huruf H-nya ‘gajah’ ada di belakang. Iya kan?)<br /><br />“Hah?”<br /><br />“Hehehe. Kena lu! Satu lagi, tikus apa yang punya dua kaki?”<br /><br />“Tikus cacat!”<br /><br />“Salah. Mickey Mouse sama Minnie Mouse! Kalo bebek yang punya dua kaki?”<br /><br />Lili mikir. Dia mikirin tentang tokoh kartun bebek. Tapi karena kelamaan, Niz keburu menyela.<br /><br />“Ah, dasar dodol. Dimana-mana semua bebek emang punya dua kaki, kali!”<br /><br />“Oh iya ya? Gantian nih, gue kasih tiga sekaligus!” Lili mikir sebentar, sedang Niz siap-siap mendengarkan. “saringan apa yang paling besar?”<br /><br />“Mmm…saringan tepung?”<br /><br />“Yee, itu mah kecil. Jawabannya, saringan gajah! Kalo toko yang paling besar?”<br /><br />“Toko yang jual saringan gajah!”<br /><br />“Nah, lu pinter sekarang. Sekarang, siapa yang paling bodoh?”<br /><br />“Yang jelas bukan gue!”<br /><br />“Jawabannya, orang yang percaya kalo gajah bisa disaring!”<br /><br />“Oh iya ya? Hehe. Sekarang, jawab nih… kenapa dinamakan kue?” tanya Niz sambil menunjuk gambar kue di majalah yang tadi nangkring di kolong tempat tidur.<br /><br />“Ya..dari sononya namanya udah kue, kan?”<br /><br />“Kenapa dina-makan kue? Karena dina lapar…hehe.”<br /><br />“Bisa aja, lu. Nah, jawab yang ini. Ada sepuluh orang gendut, berteduh di bawah payung super imut, kayak anak te-ka punya. Tapi herannya, mereka pada nggak ada yang basah. Kenapa emang?”<br /><br />“Ya karena nggak hujan! Sekarang, apa persamaannya orang naik mobil sama orang naik motor?”<br /><br />“Orang naik mobil kalo panas nggak kepanasan, kalo hujan nggak kehujanan. Kalo orang naik motor, pas hujan nggak kepanasan, kalo panas nggak kehujanan!”<br /><br />“Hehehe…” Niz mikir buat pertanyaan selanjutnya. “kumis apa yang bikin pusing?”<br /><br />“Kumisnya professor galak!” jawab Lili.<br /><br />“Salah. Kumiskir-mikir dari tadi nggak ketemu jawabannya…”<br /><br />“Nah, iya itu tadi maksudku. Hehehe. Baju biru kecemplung di laut merah, jadinya?”<br /><br />“Ya basah lah! Ada orang negro, nggak sengaja masuk ke bak berisi cat putih. Apanya yang masih hitam?”<br /><br />“Bayangannya!” jawab Lili cepat. “Hmmm, apa lagi ya? Oh ya, lampu apa yang kalo dipecahin keluar orangnya?”<br /><br />“Lampunya Aladdin!”<br /><br />“Itu sih yang keluar jin! Jawabannya, lampu tetangga! Oh ya, kenapa di film Aladdin, lampunya digosok biar jin-nya keluar?”<br /><br />“Karena kalo dibanting ntar kepala jin-nya benjol!” Niz menyahut cepat. “ Nah, sekarang main tebak-tebakan superhero ye?”<br /><br />“Okay…siapa afraid?”<br />“Superhero apa yang paling o’on?”<br />“Batman! Udah tau kagak bisa terbang, masih aja pake sayap…”<br />“Eh, tapi ada gunanya tuh sayap. Apa coba?”<br />“Hmmm…biar nggak bocor ke samping!” jawab Lili setelah sekitar beberapa jam mikir. “Kenapa Superman sama Spiderman, bajunya warna merah biru?”<br />“Beli bahannya kan patungan!” sahut Niz. “Trus, kenapa warnanya nggak hitam?”<br />“Soalnya, bahan yang item dah abis dibeli Batman yang datangnya pagian dari mereka..hehehe.”<br />“Kenapa Robin memberantas kejahatan?”<br />“Soalnya dia ketemu sama Batman. Kalo ketemu sama Baskin, dia bakalan buka toko es krim!”<br />“Hihi, pinter lu Li. Kenapa dulu superman kalo terbang dulu tangan kirinya nekuk, sekarang kalo terbang dua-duanya dilempengin ke depan?”<br />“Karena dulu belom automatic sih. Sekarang kan udah matic!”<br />“Li, gue laper nih. Makan dulu yuk. Ntar kalo kenyang, kita lanjut lagi…okeh?” Niz bangkit dari posisinya, dan berjalan ke dapur.<br />“Ya…padahal gue masih punya banyak tebak-tebakan lain loh.” Lili mengacungkan buku kecil yang dari tadi disandangnya. Kumpulan Tebak-tebakan ABG Jaminan Ngakak Nggak Tanggung Tanggung<br />“Oh…buku itu. Itu sih udah gue baca semalam.” Niz menyahut sambil berlalu.<br />“Jadi lu yang nyulik buku gue??” Lili teringat bagaimana hebohnya dia semalaman mencari buku kecil hasil pinjaman di sobatnya itu. “Pantesan lu banyak tau!” Lili jadi rada kesel.<br /><br />**** tebak-tebakan diperoleh dari berbagai sumber. Dari pegunungan, sungai dan hujan (air kalii..hehehe). Eh bukan lah ya. Didapat 75% dari hasil browsing internet, sisanya pengalaman sendiri. Diolah dengan jaminan mutu sebelum disajikan.****Nona Nizhttp://www.blogger.com/profile/02303151812130038613noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7253114227920188374.post-10282622324578221562010-09-03T22:27:00.000-07:002010-09-03T22:29:00.996-07:00kenangan biruCoba-coba bikin cerita remaja yang tokohnya bukan Niz, dan temanya bukan si Lili. Jadi, tadi iseng mampir di situs cerita remaja. Rata-rata isinya tentang percintaan, jadi iseng bikin yang sejenis. Ini aseli loh, buatan saya. Tapi kok ya, rasanya beda aja…maklum, nggak pernah bikin cerita ginian. Jadi kalo aneh ya maap, namanya juga amatir bin kapiran. Hihihi. Mariii…baca-baca. Cekidot (baca : check this out!)<br /><br />Sudah tiga bulan berlalu sejak peristiwa itu. Tapi sampai sejauh ini, Vanda tetap diselimuti awan mendung. Dia masih suka mengurung diri di kamarnya yang sunyi, menangis diam-diam. Prestasi sekolahnya menurun, meskipun tidak drastis. Segala upaya juga telah dilakukan teman dekatnya agar bisa mengembalikan Vanda yang seperti dulu, Vanda yang ceria, tak berhasil.<br /><br />Sore itu sepulang sekolah, Vanda mengamati rumah kosong di depan rumahnya lebih ramai. Beberapa orang mengangkut perabotan rumah tangga dari mobil boks ke dalam rumah itu. Diantara orang-orang itu, ada cowok yang tengah mengangkut kardus. Ketika melihat Vanda, dia berhenti dan tersenyum. Vanda tersenyum kikuk. Senyuman itu! Wajahnya… Batin Vanda. Seperti mengingatkanku kepada… Vanda menggeleng, dan mempercepat langkahnya ke rumah.<br /><br />Sampai di rumah, Vanda tidak keluar kamar hingga malam menjelang. Dia masih memikirkan senyum cowok itu. Bersama itu, sekelebat kenangan manis bersama Rino juga membayang. Tanpa disadarinya, airmatanya jatuh lagi.<br /><br />“Kak?” Fina, adiknya tau-tau sudah muncul disampingnya. <br /><br />Vanda menghapus airmatanya, dan berkata galak.<br /><br />“Sudah kubilang, ketuk pintu sebelum masuk ke kamarku!”<br /><br />“Sudah Fina ketuk dari tadi, kakak saja yang tidak dengar. Kakak tidak makan?”<br /><br />“Nanti,” jawabnya pendek.<br /><br />“Tapi kak…nanti kakak bisa sakit. Kakak belum makan dari tadi.” Fina tidak menyerah.<br /><br />Vanda tidak menjawab, hanya menatap kosong.<br /><br />“Tuh kaaan. Kakak seperti itu lagi… ayolah, nanti makanannya dingin.”<br /><br />Dari pintu yang sudah terbuka, muncul Ibu.<br /><br />“Vanda, ayo makan.”<br /><br />Vanda akhirnya menyerah. Dia beranjak dari kamar, menuju meja makan.<br /><br />Esoknya, Vanda mendapat kejutan. Cowok penghuni baru rumah itu ternyata juga teman sekolahnya.<br /><br />“Vanda ya?” tanya cowok itu ragu, ketika mereka bertemu di perpustakaan.<br /><br />“Iya. Kok tau?”<br /><br />Cowok itu tersenyum. “Aku, Raka. Kamu yang tinggal di depan rumahku…secara aku tau namamu.”<br /><br />Lalu mereka larut dalam obrolan yang menyenangkan. Vanda dan Raka sama-sama suka basket. Raka juga humoris, yang akhirnya menjadi pemicu sifat lama Vanda yang doyan jahil.<br /><br />Semakin lama, Raka dan Vanda semakin akrab. Lebih lagi ditunjang dengan lokasi rumah yang berdekatan. Semakin lama juga Vanda merasa layaknya menemukan sosok Rino yang hilang. Vanda menyukai Raka, tetapi juga merasa sakit tiap kali sosok Rino muncul dalam diri Raka. Vanda ingin menghilangkan perasaan itu, tapi sulit. Seakan Rino dan Raka itu satu. Seakan Rino tahu apa yang dirasakan Vanda yang sangat kehilangan, sehingga muncul lagi dalam diri Raka. <br /><br />Sejak peristiwa kecelakaan itu, Vanda memang sangat merasa bersalah. Ia tak henti-henti menyalahkan diri, meski keluarga Rino pun sudah hampir bisa merelakan Rino. Tapi tidak bagi Vanda. Hari-hari dilaluinya seperti menembus awan gelap yang tidak berujung. Kehilangan, itu pasti. Vanda yang ceria berubah total menjadi Vanda yang pemurung, nyaris tidak mau keluar kamar.<br /><br />Suatu kali, Raka mengajak Vanda ke kafe. “Ada yang mau aku bicarakan,” alasannya.<br /><br />Vanda duduk di pojok kafe dekat jendela seperempat jam lamanya. Menikmati gerimis ringan dengan menyesap milkshake-nya. <br /><br />“Vanda! Apa aku terlambat?” tanya Raka yang baru muncul. Rambutnya yang ikal tampak basah. “Sori, tadi ada urusan sedikit sama klub basket sekolah. Di sekolah hujan deras, jadi kuyup begini deh. Tapi udah beres kok.” Ujarnya sambil duduk di hadapan Vanda.<br /><br />“Nggak terlambat kok. Aku juga baru datang,” Vanda tersenyum.<br /><br />Setelah pesanan Raka datang, Vanda langsung bertanya serius, “Sebenarnya, apa yang mau kamu bicarakan?” matanya menatap langsung ke mata Raka. Ah. Lagi-lagi mengingatkannya pada Rino. Vanda langsung mengalihkan pandangannya.<br /><br />“Kamu kenal sama Rino?” Raka bertanya serius. Baru kali ini dia bertanya tentang Rino.<br /><br />“Iya…ah, aku…sangat kehilangan dia.” Wajah Vanda tahu-tahu jadi sedih.<br /><br />“Maafkan aku,” kata Raka demi melihat wajah Vanda yang berubah. “Aku ini sepupunya Rino.”<br /><br />“Sepupunya?” Pantas anak ini mengingatkanku padanya!<br /><br />“Aku tahu kamu sangat kehilangan Rino, dari sahabat Rino, Alan. Kemudian, aku seperti terpanggil oleh Rino, untuk coba menghibur kamu. Kamu tahu, Rino sangat sayang sama kamu. Dia sering menceritakanmu padaku. Dan ketika aku harus pindah rumah, pas sekali aku pindah di dekat rumahmu. Jadi, aku bisa melaksanakan, yah, anggap saja amanat dari Rino. Aku mencoba menghibur kamu, dan memang, kamu adalah pemurung. Sebisa mungkin aku mencoba mengembalikan keadaan kamu yang ceria.” Terang Raka panjang lebar.<br /><br />“Terimakasih atas usaha kamu. Kamu cukup berhasil kok. Aku merasa kekosongan hidupku terisi sejak kenal sama kamu. Dan aku juga merasa…menemukan Rino dalam dirimu.” Vanda mencoba tersenyum.<br /><br />“Aku yang berusaha menjadi Rino, demi kamu.” Raka ikut tersenyum.<br /><br />Hening menyelimuti mereka berdua. Hanya terdengar suara musik ringan yang mengalun ke penjuru kafe dan gerimis yang menderas, berubah jadi derai hujan.<br /><br />“Vanda, awalnya aku hanya ingin membantumu kembali ceria…”<br /><br />“Tapi dengan menjadi seperti Rino kamu malah tambah menyiksaku. Aku semakin teringat padanya. Usahaku untuk tidak terlalu mengingatnya, jadi sia-sia.”<br /><br />“Maafkan aku…tapi Vanda…” Raka menggantung ucapannya. “Vanda, aku suka sama kamu. Awalnya aku mancoba mengabaikannya. Tapi…aku sadar, aku menyayangimu. Maukah…”<br /><br />“Raka,” Vanda memotong ucapan Raka. “Aku juga suka sama kamu. Tapi, bila kamu ingin agar aku bisa menjadi seperti dulu, tidak perlu sejauh ini. Aku takut, bila nanti aku hanya menyayangimu karena Rino. Aku takut nanti kamu tersakiti, kamu hanya berada di bawah bayang-bayang Rino. Aku harus mencoba melepaskan bayangan Rino, lalu aku bisa melihatmu…sebagai Raka. Bukan sebagai Rino. Kamu mengerti kan?”<br /><br />Raka tidak menjawab.<br /><br />“Kamu mengerti kan?” ulang Vanda.<br /><br />“Ya, aku mengerti…” Raka tersenyum.<br /><br />Hujan yang turun perlahan mereda.Nona Nizhttp://www.blogger.com/profile/02303151812130038613noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7253114227920188374.post-23849772887208028142010-09-03T22:25:00.001-07:002010-09-03T22:27:04.891-07:00tak kenal maka tak sayang part IIHello…saya kembali lagi dengan segudang keinginan untuk menceritakan sesuatu yang sangat tidak luar biasa dari diri saya. Ini lanjutannya kisah saya terdahulu yang berjudul Tak Kenal Maka Tak Sayang Part I.<br /><br />Mulai…<br /><br />Saya itu… disiplin nggak, rapi nggak, berantakan iya, anti terlambat iya. Iyaa…nggak disiplin-disiplin amat tapi paling takut yang namanya terlambat. Pokoknya, kalau bisa harus sudah ada di tempat tujuan 30 menit sebelum acara dimulai. Meskipun hasilnya malah bête dan kesel sendiri, cengok sendirian di tempat yang masih sepi. Kalau urusan berantakan, nah tanyakan pada saya. Jagonya deh kalau urusan yang nggak banget kayak gini. Jadi kalau kebetulan mampir ke rumahku, jangan harap bisa main ke kamar meskipun anda cewek. Bukan apa-apa, saya takut anda pingsan melihat kamar saya yang bujubune berantakannya, bukan tipikal kamar cewek yang sebenarnya. Bahkan kamar saya lebih berantakan dari kamar cowok, dan jauh lebih rapi dari kapal pecah.<br /><br />Saya itu…paling nggak hapal yang namanya rute perjalanan. Jadi, kalau diajakin main ke rumah temen, jangan harap besoknya saya bisa main kesana tanpa kawalan pihak yang berwajib (yang punya rumah maksudnya…hihihi). Saya baru bisa hapal kalau paling nggak udah empat kali main kesana dengan rute yang sama. Paraaaahh ih. Makanya ketika ibu nawarin sekolah di SMA 3, pertanyaan pertama yang muncul adalah : “SMA 3 tuh dimana?” padahal udah beberapa kali lewat dengan mulus di depan sekolah yang kelak jadi tempat bersemayamku itu. Hihihihi…<br /><br />Saya itu…yah, bisa dibilang setia kawan juga sih. Tanya aja sama teman-teman saya, pasti mereka langsung geleng-geleng kepala dengan dahsyat. “Fitnaaah ituuu…”<br />Saya itu…pendiam iya, cerewet iya, baik hati iya, judes iya, hobi becanda iya, pemalu iya, malu-maluin nggak. Hihihi. Kalo lagi pendiam, diaaam banget. Tapi ini biasanya kalo masuk di lingkungan baru dan orang baru. Cerewet kalo udah kenal baik sama orang, contohnya bisa keluar kalo lagi ngumpul bareng Walla. Baik hati, oh tak usahlah ditanya lagi. Udah banyak korban kok. Tapi saya juga bisa jadi judes dan galak, kalo emang lagi nggak mood sama sesuatu. Kalo udah nggak mood kayak gitu, wew, respon yang keluar dari saya ya gitu deh. Hehe. Saya juga hobi bercanda, apalagi kalau soal memplesetkan kata-kata (ini sih ketularan dari Icha. Grr…Icha, awas kau!). Kalau pemalu, ini bisa dikaitkan dengan contoh kasus yang pendiam itu…<br />Saya itu…nggak pernah bisa lepas dari apa yang namanya buku cakaran, kecuali kalo lagi tidur tentunya ya. Tanya aja sama si Vitrop. Dia korbanku kok. Buku cakaran punya dia yang aslinya buat coret-coretan ngerjain soal matematika tentang klasifikasi makhluk hidup, malah dengan sadar saya ambil dan saya coret-coret. Tinggallah si Vitrop yang cuma bisa meringis, lembar kosong buat coretan matematika amblas kuobrak-abrik.<br /><br />Kayaknya udah cukup nih cerita tentang sayanya. Yah, kalo masih ada yang perlu ditanyain lagi, caranya masih sama seperti yang dulu. Hubungi saya di nomor yang tidak tertera di layar computer anda, dengan password : “halo…utang kamu masih belum lunas juga!”Nona Nizhttp://www.blogger.com/profile/02303151812130038613noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7253114227920188374.post-89304520659264339062010-08-03T22:48:00.001-07:002010-08-03T22:53:28.856-07:00segaram eh SERAGAMSekolahku punya motto, yaitu “Tampil Beda!!” tentu aja tampil beda dalam segala aspek, terutama pengajarannya ya. Tapi, kami juga ‘tampil beda’ dalam urusan segaram, lah, salah lagi, seragam maksudnya.
<br />Jadi gini, sekolahku menetapkan peraturan, jadwal seragamnya kelas satu, dua dan tiga tidak sama. Contoh, kami setiap hari senin dan selasa pakai baju kotak-kotak (terutama yang cowoknya, diutamakan perut kotak-kotak!haha), kakak kelas dua pakai baju batik cokelat, yang senior kelas tiga pakai baju putih abu-abu.
<br />Ah, nyusahin hidup aja sih. Kan udah kebiasaan ya di Indonesia tercinta ini, makhluk yang belajar di SMA pakai baju putih abu tiap senin. Lah, buat kami yang kelas satu, putih abu dipakai hari sabtu, pas weekend.
<br />Menurutku sih ini membuat stratifikasi kelas. Tapi susahnya, kalau ada yang lupa hari. Misalnya anak kelas satu, karena udah kebiasaan, pake putih abu hari senin. Nah, dikira kelas tiga kan. Tapi bagus sih, bisa membedakan mana kelas satu, dua, tiga. Mungkin dimaksudkan untuk menghindarkan kami dari kejadian seperti yang dialami sobatku, si Vitrop.
<br />Jadi waktu esempe kelas tiga, saya, vitrop, ciko sama songong, lagi berdiri-berdiri nggak ada kerjaan di depan kantor guru. Kemudain, salah satu bu guru memanggil vitrop. Vitrop pun mendekat.
<br />“Eh, kamu kelas satu apa? Tolong ke kelas 2A, panggil ketua kelasnya. Cepet ya!”
<br />Wak. Muka vitrop udah nggak jelas lagi gimana ekspresinya. Udah campur merah, biru, ungu, campur samsons sama changcuters deh. Keki berat lah ya, udah kelas tiga gene masih disangka kelas satu. Salahmu, kayak anak kecil sih! Dan sialnya, saya yang ada di dekatnya jadi korban. Dipukulin sepanjang jalan kenangan menuju kelas 2A.
<br />“Huaa..masa’ dibilang kelas satu? Bu guru tega..tega..tega…” buk buk buk. Dia terus memukuliku. Untuk nggak kena.
<br />“Udah, tenang aja. Dikira anak kelas satu, bukan berarti bukan anak kelas satu kan?”
<br />“Huaa…enak aja. Tapi biarin deh. Itu kan artinya mukaku bebi fes (baby face)…” (mari muntah bersamaa…huekkk!!!”)
<br />Dan kejadian yang sama terulang lagi. Tapi kali ini dilakukan oleh oknum adek kelas 2. Dalam perjalanan ke kantin yang berada di pojok sekolah, si adek kelas menyebut hormat kepada vitrop , “eh adek ee…hati-hati kah.”
<br />Wiw. Sekali lagi vitrop keki berat.
<br />Dan dengan peraturan seragam seperti ini, kejadian seperti vitrop tidak terulang lagi. Amin.
<br />Nona Nizhttp://www.blogger.com/profile/02303151812130038613noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7253114227920188374.post-47151058437674192592010-08-03T00:07:00.000-07:002010-08-03T00:10:21.910-07:00puasa nizPuasa Niz<br />Berhubung bentar lagi puasa, saya mau posting sebuah cerpen karang-karangannya saya. Buat appetizer, biar nggak kaget lagi kalo tiba-tiba besok udah puasa.<br />Selamat menikmati!<br />=============================<br />Bulan Ramadhan, bulan penuh berkah.<br />Puasa-puasa gini kantin sekolah Niz jadi sepi. Anak-anak yang biasanya dengan semangat bergerombol di kantin, bergosip gila-gilaan dan makan-makan memenuhi permintaan pernghuni perut, hilang semua. Termasuk Niz yang kalau menurut catatan ibu kantin hobinya duduk di pojokan gelap sama teman-temannya. Terkadang Niz disitu buat ngintipin tikus yang suka numpang lewat sembarangan, menghilangkan selera makan.<br />Tapi sekarang beda. Namanya juga bulan puasa, selain puasa makan dan minum juga harus nahan nafsu buat ngomongin anak-anak basket yang bau keringet. Niz lebih memilih nongkrong di kelas, sambil sok rajin baca buku. Buku apa sodara-sodara? Buku komik hasil menjarah di rumah sepupunya. Tapi Niz tahun ini punya niat mulia sodara-sodara. Ia pengen berpuasa secara afdhol, tidak seperti tahun lalu yang emang sih nggak makan nggak minum, tapi ngegosip go terus. Jadi kali ini ia benar-benar tidak mau menuruti hawa nafsunya.<br />Suasana kelas pas istirahat pun lebih ramai dari biasanya. Penghuni kantin pulang kampung ke pos mereka di kelas masing-masing. Meski obrolan dibatasi, tidak lagi menggosip, kelas tetap saja ramai meskipun setengah penghuninya loyo dan lemas nyaris nggak punya semangat hidup. Yang masih semangat, mencoba melawak dengan memberi tebakan basi dan ngaco.<br />“Ah, kamu murung aja. Saya jadi ingat tebakan nih. Hoi, apa bedanya pemurung dan pemuluuuung??” Tere dengan semangat memberi tebakan.<br />Ina, Dewi dan Vita yang ngegerombol sama dia menjawab kompak : “Pemurung adalah orang yang tidak pernah merasa gembira, sedangkan pemulung adalah olang yang tidak pelnah melasa gembila…!”<br />“Yah, kok tau sih??”<br />“Iyalah, dari kemarin kan kamu udah ngasih tebakan itu!”<br />Niz jadi tertarik. Dia menghampiri mereka berempat.<br />“Coba tebak nih yaa… apa yang kalo pagi di dapur, kalo siang nangkring di pohon mangga?”<br />“Apaan? Emang ada?” Tanya Dewi.<br />“Ada dong.”<br />“Jawabannya apa?” desak Ina penasaran.<br />“Panci .”<br />“Kok panci?”<br />“Ya terserah dong. Panci panci saya kok…” ujar Niz kalem lalu kembali ke tempatnya.<br />“Wuuu…”<br />***<br />Esoknya nggak berubah seperti kemarin. Malah lebih parah, anak-anak sudah nggak ada yang minat main tebak-tebakan. Boro-boro main tebak-tebakan, bisik-bisik sama ketawa aja udah males.<br />Pada pelajaran kedua, biologi, bu wali kelas membawa anak baru. Namanya Ria. Langsung didudukkan di sebelah Niz,yang kebetulan penghuninya lagi nggak enak badan komplikasi panu.<br />“Hi! Enjoy your new class, and I am Niz, your new good and pretty friend!” Niz langsung memperkenalkan diri, sok nginggris dikit, padahal pelafalannya masih belepotan.<br />“Aku, Ria.” Ria dengan kalem memperkenalkan singkat dirinya, kemudian dengan tekun mengikuti pelajaran yang tengah berlangsung.<br /><br />Pas istirahat, baru deh ketahuan kedok Ria yang sebenarnya. Anaknya nggak bisa diam banget. Berhubung Niz yang duduk disebelahnya, jadi mau nggak mau harus meluangkan telinganya untuk mendengar ocehan Ria. Padahal jangankan minat untuk ngobrol, mendengarkan saja udah males banget.<br />“Ya ampun, liat orang itu saya jadi ingat sama pacar saya yang dulu…sama-sama cowok soalnya. Dan juga…”<br />“Ehm, Ria, bisa nggak, nggak ngomongin orang gitu?” Niz menyela pembicaraan Ria. “Saya takut jadi ikut ngomongin orang juga…”<br />“Oh iya, saya lupa. Ini bulan puasa ya. Makasih udah ingatkan. Kalo kucing boleh kan? Kucing tetangga saya waktu di rumah lama itu, lucu banget. Masa punya empat kaki? Tapi pemiliknya itu lho. Sombong banget. Baru segitu aja udah sombong sampe segitunya. Huh. Trus…”<br />Ya ampun! Niz lebih memilih untuk kembali menekuni buku biologi yang sempet-sempetnya dibuka dalam waktu istirahat.<br />Pulang sekolah, Niz pulang naik bus kota bareng Ria, karena setelah ditelusuri menggunakan jasa pet detective, rumah Ria ternyata searah sama rumah Niz.<br />Di bus, mereka berdua syukur Alhamdulillah, dapat tempat kosong. Jadi bisa duduk manis memandangi pemandangan jalan yang berdebu. Ria kembali mengoceh nggak berhenti-berhenti kecuali kalo kepalanya kejeduk akibat dari ulah supir yang rada ugal-ugalan.<br />“Oh ya, Niz. Kita ke mall yuk?”<br />“Ke mall?” ulang Niz. Sebenernya males banget, pengen langsung ke rumah dan leyeh-leyeh sampai waktu berbuka puasa.<br />“Iya, ke mall. Kemaren saya lihat baju bagus banget. Tenang aja, saya beliin kamu sesuatu deh!”<br />Wow, bakal dibeliin nih! Sorak Niz dalam hati. Tapi…siang ini panas banget. Enaknya sih di rumah, tidur siang sampai magrib.<br />“Tapi…”<br />Dan Ria kembali membujuk Niz, dan akhirnya, entah bagaimana caranya, mereka berdua turun di depan sebuah mall.<br />Di dalam mall, naluri shopaholic Ria menjadi-jadi. Dengan semangat ’45, anak itu menyeret Niz yang lemes mengobrak abrik toko-toko baju. Seakan nggak puas di satu toko, dia kembali mangajak Niz keluar masuk toko. Nggak dapat yang dia cari, malah kembali ke toko pertama. Niz keki berat. Kemudian, Ria ngajak muter-muterin mall, nyari barang baru.<br />Setelah kaki Niz rasanya mau patah saking pegelnya menemani Ria belanja, Ria memenuhi janjinya pada Niz. Dia membelikan Niz beberapa aksesori rambut dan sebuah topi keren.<br />“Oh my god, Niz. Kamu lemes banget. Ayok kita makan dulu. Saya traktir,”<br />“Tapi, saya kan puasa!”<br />“Nggak. Kamu kelihatan lemes, saya takut kamu malah jadi sakit. Ayolah.” Ria terus membujuk.<br />Niz mikir. Dia emang udah lemes dan nyaris dehidrasi. Terus dia juga membayangkan suasana buka puasa di rumahnya. Bapaknya kerja, kalo buka puasa di luar. Ibunya juga orang sibuk. Sedang adiknya, si Lili suka nggak peduli sama Niz.<br />Sedangkan Ria terus membujuk sampai bibirnya kering. Dan akhirnya Niz terbujuk rayuan pulau kelapa si Ria, dan sekarang harus tabah kembali diseret Ria masuk ke food court.<br /> ***<br />Sampai di rumah sudah sore. Bentar lagi azan magrib menggema.<br />“Niz, kamu dari mana saja? Itu ibu udah bikinin kamu pudding mangga. Kata Lili, kamu paling suka makan mangga.” sambut ibunya di dapur.<br />“Yoyoy, Niz. Tadi Lili ke supermarket sama ibu, Lili beliin cokelat tuh, di meja.” tambah Lili.<br />Niz melirik ke meja makan. Benar saja, sebatang cokelat Cadbury kesukaannya bertengger manis disitu.<br />Tak lama, bapaknya datang. Membawa ayam goreng Kentucky, lagi-lagi kesukaan Niz.<br />“Lho, bapak tumben pulang cepat?”<br />“Sekali-sekali nggak apa-apa dong. Pengen buka puasa di rumah,” kata bapak. “Kalian semua masih puasa kan?”<br />“Masih dong!” sambar Lili cepat.<br />Sedangkan Niz tentu saja nggak ngaku kalo puasanya batal. Ya Allah, nyesel banget dia hari ini.<br />Azan magrib berkumandang. Tapi Niz nggak menyerbu meja makan dengan semangat seperti Lili. Dia mengeluarkan hapenya, menelpon Ria.<br />“Sialan kamu, Ria!!!”<br />Lalu cepat-cepat dimatikan hapenya.Nona Nizhttp://www.blogger.com/profile/02303151812130038613noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7253114227920188374.post-21291202959014697452010-08-03T00:06:00.001-07:002010-08-03T00:06:47.364-07:00tak kenal maka tak sayangTak kenal maka tak sayang.<br />Maka kenalilah saya, lalu sayangilah saya. Jhahaha. Maunya.<br />Pokoknya, kali ini saya mau membahas tentang saya. Let’s talk about me…yeah! \m/<br />Nama saya Anisa Tri Hutami. Lahir dengan selamat diiringi eongan kucing yang sengaja nongkrong di tengah malam buta di luar rumah sakit tanggal 26 Oktober 1995. Jadi umur saya tujuh belas tahun sekarang…yah dikurangi dua tahun dong (hayo, ada yang mau protes? hehe).<br />Hobi saya banyak. Termasuk iseng itungin kecebong yang berkeliaran. Tapi itu dilakukan kalo benar-benar nggak punya kerjaan. Yang utama sih hobi saya adalah membaca (termasuk membaca majalah dari tahun kapan tau deh) juga menulis. Ini sih gara-garanya ya membaca itu tadi. Baca-baca tulisan orang, lama-lama jadi pengen tulisanku yang dibaca. Meski belum pernah ada karyaku yang masuk museum atau majalah apapun, termasuk majalah dinding atau majalah tembok, lantai, atap dan sebagainya. Hanya beredar jadi file di computer. Tapi lumayanlah, waktu ngikut lomba cerpen pas kelas 2 esempe, menang juara 2. Lah, ngelantur.<br />Terus…grup band favorit... please welcomeee… THE CHANGCUTERS!!! \m/ \m/<br />Yeah! Saya emang fans berat band gokil satu ini. Tanya aja sama teman-teman kelas 3 esempe, bagaimana gilanya saya akan mereka. Ini bikin kakakku protes. Katanya, “sudah dibilang racun…masih aja suka!!” haha. Tapi saya berhasil membuat kakakku yang satunya jadi suka sama lagu The Changcuters yang Mr. Portal. Kenapa bisa ngefans? Hihihi, nggak tau ya, yang jelas waktu pertama kali ngeliat, malamnya langsung kebayang-bayang sama tingkah vokalisnya yang bener-bener kayak cacing kepanasan. Trus, setelah diteliti pake mikroskop, ternyata muka gitarisnya cakep. Ya si qibil sama alda itu. Drummernya juga manis, kangmas Erick Nindyoastomo. Ah, kalo mau didaftar kegilaan saya akan mereka, nggak abis-abis deh. Jadi sebelum terlanjur kebanyakan ngoceh, udahan dulu tentang The Changcuters-nya. Nanti disambung lagi. (nggak janji ya!)<br />Sekarang ngomongin sodara. Saya adalah anak tunggal dari tiga bersaudara. Kakak saya dua, cowok. Yang satu sukses kuliah jadi penerusnya popeye the sailorman. Namanya gatot nugroho ahmadani. Trus yang kedua, sedang meniti karir di kampus kedokteran gigi unissula semarang. Padahal giginya sendiri juga rajin banget…bolongnya. Hahaha. Namanya widhi vierra versi cowok. Bukan ding. Widhi satrio nugroho.<br />Apalagi? Oh ya…cita-cita. Sebenarnya sampai sekarang saya belum menemukan cita-cita yang cocok buat saya. Mau jadi astronot, nggak bisa terbang. Mau jadi pelaut, nggak bisa berenang. Mau jadi dokter, nilai IPA-ku payah. Mau jadi koki, nggak bisa masak. Mau jadi presiden, ntar disirikin temen-temen. Udahlah, pokoknya sekolah aja. Kalo udah terlanjur pinter kan lumayan. Bisa bantu-bantu ibu nyuci piring. (apa hubungannya? Cari aja sendiri!)<br />Untuk sementara, itu dulu. Nanti disambung lagi kapan-kapan. Kalo ada yang masih penasaran, hubungi saya di nomor telepon yang tidak tertera di layar komputer anda. Password-nya : “halo…utang kamu belum lunas!”Nona Nizhttp://www.blogger.com/profile/02303151812130038613noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7253114227920188374.post-13340079661111011122010-08-02T23:58:00.001-07:002010-08-03T00:02:11.453-07:00suci = sucong = songongIni dia sang additional player di Walla (karena dia rada gimana gitu kalo namanya dimasukkan jadi anggota Walla. Lagian siapa juga yang nekat mau masukin?), atau kerennya sekarang saya berinama Wallanistilicious.<br />Nama aslinya adalah Suci Ristiya Nurjannah. Lumayan bagus yah. Tapi akrabnya dipanggil Sucong, alias Suci Pocong. Kejam sekalii…tapi yang namain bukan saya, karena menurut penuturan sumber-sumber yang sama sekali nggak bisa dipercaya dan memang jangan dipercaya, dia sudah menyandang nama keren itu dari jaman masih pake putih-merah. Jaman es-de gitu loooohhh….dan keterusan sampai esempe, dan makin menjadi sejak dia nekat ngegabung bareng Walla.<br />Si Nyonya Sucong ini memang tragis nasibnya. Dari dulu selalu disisihkan dari pergaulan teman-teman, karena rada yah..kulitnya emang lebih gelap dari orang jawa kebanyakan. Mandi pake arang kali ya. Terus kelas 2 dia mainnya sama Vitrop, tapi selalu jadi bahan ejekan yang nggak abis-abis.<br />Karena kelas 3 Vitrop mainnya sama saya dan Lala, maka mau nggak mau dia ngikut juga main bareng. Ih, kayak kutu beras. Ngikut kemana-mana. Tapi mau disuruh pulang juga kasian, kan belum bel pulang. Lagian anak ini kalo main selalu dilecehkan mulu. Kasian deh. Jadi daripada dia ngorek-ngorek tempat sampah, marilah kami yang baik hati ini menyilakan makhluk item ini bergabung dengan kita-kita. Apakah pada akhirnya nasib Sucong bakalan seindah kisah Cinderella sodara-sodara? Oh ternyata tidak, sama sekali tidak, bahkan kalau boleh kejam malah lebih buruk dari perlakuan teman-teman sebelumnya. Kalo istilah kerennya sih, lepas dari mulut buaya masuk ke mulut baunya sang harimau.<br />Dimulai dengan penggantian nama, dari suci, sucong kemudian yang terakhir Songong. Apakah dia songong? Nggak juga tuh. Jadi kenapa dipanggil songong? Hihihi, karena bunyinya hampir mirif dengan nama keren sebelumnya. Lagian ni anak suka songong beneran, kalo udah ketemu temannya si Wendy, yang dengan dodolnya mau aja jadi temannya si Songong, pasti lupa daratan. Lupa kasih uang tip sama kita-kita yang udah menemaninya dengan meledek dia abis-abisan sepanjang hari (jelas aja dia kabur!).<br />Oh ya, dari tadi ngomongin kisah tragis, tapi apanya yang tragis dari nasib makhluk ini? Yah, dari awal aja namanya udah diganti dengan panggilan yang tidak mengenakkan hati, nasibnya di lingkungan pergaulan yang selalu aja dapat kursi cadangan (maksudnya, bila udah bener-bener nggak ada orang yang bisa diajak ngobrol, barulah makhluk ini jadi teman ngobrol paling ga enak), dan terakhir jadi bahan ledekan ga abis-abis dari Walla. Contohnya gini.<br />“Eh, gotnya item banget deh.”<br />“Iya neh, pasti abis diceburin sama si Songong, pake main sepanjang hari, air gotnya ketularan deh.”<br />“Hei, liat! Ada teman masa kecilnya Songong!” (nunjuk kecebong yang berenang-renang ke tepian, di rawa samping perpus)<br />“hiii, abis pulang dari neraka gue.”<br />“Neraka apaan? Rumahnya songong?”<br />“Suci kau mau pulang yah? Kan rumahmu disana!” (nunjuk tumpukan sampah)<br />Dan masih banyak lagi cerita tentang ledekan yang keren ini.<br />Tapi anehnya, meskipun diledek dengan kata-kata yang kejam, tetep aja ni anak betah nongkrong bareng kita-kita, berjam-jam lamanya, dan dengan pasrah ikut tertawa juga. Dasar songong. Mungkin batinnya berkata, ya sutralah daripada benjol digebukin. Nasib, nasib, nasib, nasib.<br />Malangnya kau Suci alias Sucong alias Songong!!Nona Nizhttp://www.blogger.com/profile/02303151812130038613noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7253114227920188374.post-42784897036082470742010-08-02T23:54:00.000-07:002010-08-02T23:57:09.482-07:00perkenalan sama guru baruHmm, guru baru, apalagi yang masih muda, seger dan baru lulus kuliah, biasanya nggak galak-galak amat dan masih malu-malu kalo ngajar. Seperti juga guru baru yang nyelonong masuk ke kelas Niz.<br />Nama gurunya, Renny Larasati. Ngajar matematika. Alhamdulillah, batin Niz. Guru matematikanya kayaknya nggak galak deh. Orangnya asli jawa, berperawakan kecil (teman-teman sekelas rata-rata lebih tinggi dari si guru baru), suaranya pelan dan hanya disetel pada volume terendah sepertinya. Jadi Niz dan kawan-kawan harus pasang telinga baik-baik untuk dengar perkenalan darinya. Namanya juga hari pertama, jadi diisi dengan berbasa yang sangat basi, tidak langsung diisi dengan hitung-hitungan menyengsarakan otak.<br />Tapi sia-sia usaha Niz dengan pasang telinga baik-baik. Suara guru barunya ini tertelan sama keriuhan yang diciptakan dengan penuh kesadaran oleh teman-teman dari spesies cowok. Nggak ngehargain amat.<br />“Hmm, ada yang mau ditanya lagi?” Bu Renny mempersilahkan dengan hormat murid-muridnya untuk ngorek-ngorek lebih jauh.<br />“Status! Status! Single apa single parent!” teriak yang di pojok. Ah, mentang-mentang guru baru jadi seenaknya aja pertanyaannya. Coba kalo yang masuk guru senior bertampang dingin. Wiw. Beku.<br />“Nomor hape!”<br />“Nomor sepatu?”<br />“Alamat!”<br />“Status…” muka si guru baru memerah. “Single dong. Ada yang tertarik?”<br />“Wuuu…!!” seru yang cowok keki.<br />“Berlebihan. Nomor hape, ah itu terlalu privasi. Ga usah ya. Ada yang kecewa? Kalo nomor sepatu…emang ada yang mau ngebeliin saya sepatu? Alamat, yang di jawa apa yang di Sorong?”<br />“Yang di amerika deh pastinya.” Ujar yang di bagian tengah sedikit keki.<br />“Kalo yang di Sorong, tuh di depan situ.”<br />“Yang di jawa?” Tanya cowok yang mukanya jawa banget. Joko namanya.<br />“Di Klaten. Mau main kesana?”<br />Bu guru itu langsung ngomong ngomong dan ngomong. Mengenai kuliahnya yang biasa aja, sampai cita-cita masa kecilnya yang tertunda. Jadi astronot, katanya. Mengenai dirinya yang baru kali ini menginjak tanah Sorong, tambah kerinduan akan kampung halaman. Semuanya deh. Tapi cerita itu lagi-lagi tertelan sama keributan dari makhluk-makhluk cowok yang malah asyik ngerumpi kesana kemari layaknya ibu-ibu PKK lagi arisan.*What? Ibu-ibu?*<br />Kemudian, dengan niat tulus ikhlas pengen tau lebih jauh tentang murid-muridnya yang manis-manis ini, bu Renny mulai mengabsen dan nanya darimana asalnya.<br />“Aji Wahyu Setianto?”<br />Yang punya nama angkat tangan. Untung nggak angkat barbell. Kan berat.<br />“Asalnya?”<br />“Dari…dari…Jawa bu!”<br />“Oh… lanjut ya. And..and…?? gimana nih bacanya?” Bu Renny nanya sama yang duduk di depan.<br />“Bambang, bacanya bu!” sahut yang ditanya ngasal.<br />“Andre bu!” sahut yang dibelakang, empunya nama.<br />“Oh iyah, maaf. Andrew…euh, Putt..ti..leihalat?” Bu Renny tampak kewalahan dengan namanya, yang sebenernya sih nggak susah-susah amat dibaca. Tapi yah…namanya juga orang yang baru nginjak tanah timur. Nama-nama marga seperti itu jarang ditemui di tempat asalnya.<br />Kemudian lanjut terus…<br />“Soni P. Butar-Butar?” Bu Renny balik badan sambil nutup mulutnya pake daftar absen. Mau ngakak sepuas-puasnya. Wah. Penghinaan.<br />Usai membaca daftar absen dengan penuh perjuangan, maklum, teman-teman Niz namanya ajaib-ajaib dan panjang-panjang, bu Renny kemudian menyuruh semua siswa mengeluarkan selembar kertas kosong. Ulangan? Ih mana mungkin. Belajar aja belum. Masa iya ulangan tentang nama-nama siswa? Nggak ada hubungannya dengan matematika…tapi berhubungan dengan fisika. Halah.<br />“Oke. Diantara kalian, siapa yang suka matematika?”<br />Nggak ada yang angkat tangan.<br />“Saya suka kok. Tapi kalo nggak ada gurunya,” ujar Niz.<br />“Kalo yang nggak suka?”<br />Nggak ada yang angkat tangan. Pada nggak mau ngaku.<br />“Baiklaaah. Kalo gitu, tuliskan di kertas kosong, pendapat kalian tentang matematika, juga saran kedepannya gimana. Ini bisa buat referensi saya dalam mengajar.”<br />Niz yang hobi ngarang dengan pensil yang sehitam arang, sampai nggak sadar tangannya dikitik-kitik sama semut rang-rang, kesenengan. Selembar kertas diisiinya penuh dengan kata-kata dan bukan gambar apalagi animasi. Iyalah. Sampai-sampai diceritakan juga pengalaman nggak mengenakkan sama anjing tetangga di mulut gang. Hii, nggak nyambung. Tapi biarkanlah nggak nyambung, seenggaknya Niz bahagia dengan cara itu. Halah.<br />Lalu saat tiba masanya kertas-kertas itu dikumpul, Bu Renny segera berkeliling kelas, merebut paksa kertas-kertas dari tangan murid. Sebagian menyerahkan dengan tulus ikhlas, sisanya masih berusaha buat nutupin.<br />Niz menyerahkan dengan rela tulisan tangannya yang awut-awutan. Meski hobi ngarang, tapi Niz nggak pernah bisa bikin tulisannya rada bagusan dikit. Bahkan cakar ayam pun masih jauh lebih jelek dari tulisannya. Mana tulisannya kecil-kecil dan rapat, dan hampir seluruh kertas ditulisinya dengan semangat ’45.<br />“Ya ampun. Panjang sekali. Seperti kereta api mainan anak-anak,” gumam Bu Renny. “kamu cocok jadi penulis…kwitansi.”<br />Niz nyengir di bangkunya.Nona Nizhttp://www.blogger.com/profile/02303151812130038613noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7253114227920188374.post-19318141459879205822010-08-02T23:50:00.002-07:002010-08-02T23:52:32.806-07:00nggak nyangka sama sekaliKali ini saya mau cerita tentang hasil kelulusan di SMP saya tercinta, SMP Negeri 5 Sorong yang kadang suka ada sapi iseng nyelonong masuk dan bermain-main dengan gembiranya di lapangan berawa yang luasnya amit-amit, yang sejauh mata memandang isinya hamparan kangkung menghijau yang sedap kalo ditumis.<br />Waktu itu, tanggal 7 Mei 2010, tanggal yang pasti udah dibuletin pakai spidol merah di tanggalan siswa masing-masing, karena menjadi hari pengumuman dari hasil ujian nasional yang udah dilaksanakan tanggal 29 April itu. Seperti biasa, saya datang pagi-pagi. Bukannya kesambet setan rajin, atau mau bantu-bantu pak satpam bukain gerbang, tapi memang inilah kegiatan saya bersama geng Walla. Datang pagi-pagi Cuma untuk ngobrol gila-gilaan dan bikin rusuh sekolahan yang masih sepi. Sampai di sekolahan yang sepi, saya punya inisiatif untuk mengunjungi samping perpustakaan yang emang udah jadi markas besar Walla, tempat paling asyik untuk ngobrol gila-gilaan sambil ngeliatin cebong yang suka malu-malu numpang lewat (disamping perpus ada rawa-rawa.ugh, sekolah rawa!). Benar saja, si Lala (nama disamarkan, takut dianya jadi tenar tiba-tiba. Kan kalo dia lebih tenar saya rugi! Tapi teman-teman saya pasti tau kok siapa makhluk gokil nan manis ini) udah ngejogrok sendirian sambil…ngangkang? Bukan. Lagi asyik dengerin lagu lewat hapenya. Udah deh, saya ikutan duduk disampingnya, beralas lantai semen yang kotor, yang sela-selanya sudah ditumbuhi rumput. Lalu kami mulai larut dalam obrolan tentang Justin Bieber yang jauh-jauh hari sudah diproklamirkan Lala sebagai selingkuhannya. Wiw. Alda-alda aja ni anak.<br />Tiba-tiba saya ngerasa ada aura mistis bergelora di belakang saya. Dengan takut-takut, saya menepuk pundak Lala yang masih asyik ngoceh. Secara bersamaan dan takut-takut, kami menoleh ke belakang.<br />“Waaaakkk!!!” (teriak histeris tanda lebay :P )<br />Dan ternyata firasatku bener. Saat kami berbalik, tampak sesosok makhluk serem karena lebaynya bernama Vitrop (nama disamarkan. Takut kalo Fitri Tropika jadi jantungan kalo ada yang lebih lebay dari dia).<br />“Ugh, lebay.” Sungutnya. Yeee. Lebay teriak lebay. Asal nggak alay aja siiiih….hehehe.<br />Bertemunya tiga sobat ini lantas memancing huru-hara dan keributan di samping perpus.<br />Kemudian, karena matahari naik tinggi dan acara sudah mau mulai, kami pindah tempat ke depan aula. Ah dasar sial. Bukannya dapat pencerahan atau apa, kami malah disuruh beres-beres aula yang dekilnya amit-amit, sisa perpisahan kemarin.<br />Selagi mereka berdua asyik beres-beres aula, saya dipanggil sama pak kepseknya. Beliau bilang kalo saya nggak lulus nggak apa-apa. Ikut ujian ulang. Degh! Aduh, apa-apaan nih pak kepsek? Nakut-nakutin! Setelah diwanti-wanti begitu, saya kembali ke aula meneruskan pekerjaan, tapi dengan wajah sedikit muram.<br />Tak lama, karnaval orang tua siswa mulai berdatangan, karena acara akan dimulai. Tapi dalam keumunan wali murid itu saya nggak ngeliat ibu yang emang sudah bilang nggak bakal datang karena ada kerjaan di sekolahnya sendiri. Ibuku emang guru, yang sekarang ini naik pangkat jadi pelaksana harian kepala sekolah berhubung kepala sekolahnya udah pensiun.<br />Muka para siswa yang mulanya tampak cerah mulai kusut dan takut-takut ketika acara demi acara berlangsung. Nggak terkecuali Vitrop, yang mukanya udah bener-bener belipet tujuh saking deg-degannya. Meski mukaku dan si Lala tampak raut wajah deg-degan, tapi kami lebih memilih main sama adeknya si Lala yang ngikut emaknya. Kami nggak meratiin si Vitrop. Buat apa coba? Nggak ada untungnya.<br />Acara berganti acara, dan secara tak sengaja aku melihat ibu dengan motor matik itemnya masuk ke gerbang sekolah. Loh, kok datang? Katanya banyak kerjaan? Wah, bolos nih.<br />Kemudian acara yang paling penting, setidaknya menurutku begitu, karena ini klimaksnya. Pembacaan undang – undang dasar. Eh, bukan. Pengumuman 10 peringkat teratas. Saya mulai nervous disini.<br />Deg..deg..deg..gedubrak..brak…bruk..jder..k-booom..!! (sontrek buku jatuh + petir +bom)<br />Jantungku berdegup keras, seperti gebukan drumnya mas Erick Nindyoastomo sang drummer changcuters pas lagi main lagu racun dunia bagian intronya. Hha.<br />Dan…coba tebak. Saya ternyata bukan peringkat tiga, lima, sepuluh, atau delapan. Hiks. Padahal udah ngarep nih. Tapiiiiiiiii….peringkat SATU! Wiw, gimana nggak pengen loncat pagar nyebur jurang??<br />Euphoria pun berlanjut. Usai maju untuk menerima piagam penghargaan Kalpataru (nggak nyambung!), saya loncat-loncatan bareng Walla. Tapi sayangnya, nggak bisa terlalu gila-gilaan karena hujan deras sialan yang tega-teganya bercucuran saat gembira begini.<br />Sampai di rumah, ibu bilang kalo ibu tuh datang karena diberitahu sama pak kepsek, buat datang. Kata ibu, suara mister Arif sengaja dibikin penuh misteri, biar kesannya gimana gitu. Hahaha. Biarlah. Yang penting saya senang plus nggak nyangka banget!!!! Gimana nggak, waktu kelas tiga kan saya lagi hobi-hobinya main sama Walla, belajarpun pake acara becanda…hehehehehehehe. :DNona Nizhttp://www.blogger.com/profile/02303151812130038613noreply@blogger.com0