Dear Ex…
Apakah kamu pernah mikir kalo selama ini saya hanya kasian sama kamu? Trenyuh dengan usaha-usaha kamu yang wow dahsyatnya. Apakah kamu pernah sadar kalo selama ini saya terpaksa nerima kamu? Kalo mau jujur, pengakuan saya itu kejam sekali. Saya nggak pernah suka sama kamu, sekedar berkhayal kamu bakal jadi pacarku saja nggak pernah. Saya Cuma mikir, untuk suka sama kamu kayaknya hanya perlu sedikit waktu setelah nerima kamu, tapiii…ah, entahlah. Nggak bisa.
Dear Ex…
Saya Cuma mau ngucapain makasih dan maaf.
Makasih karena menurut pengakuan kamu, kamu cinta sama saya.
Maaf, saya nggak pernah balas cinta kamu. Semua yang saya bilang itu Cuma untuk nyenengin kamu. Kamu tau saya tuh nggak tegaan, saya nggak tega dengan pengakuan kamu kalo kamu sampai harus menangis karena saya. Bayangkan, MENANGIS. Seorang cowok yang terlihat tegar begitu menangis karena cewek. How come?
Yang saya sayangkan dari kamu tuh Cuma satu…kenapa kamu nggak bisa bersikap layaknya seorang gentleman, yang bisa nerima kenyataan kalo saya nggak pernah cinta sama kamu, kalo semua yang terjadi diantara kita hanya pura-pura, sekedar untuk menyenangkan kamu…
Kenapa kamu memaksakan perasaanmu padaku yang jelas-jelas nggak inginkan kamu..kenapa kamu memaksa saya untuk cinta sama kamu..padahal kamu tau, perasaan tuh nggak bisa dipaksa…
Dan maafkan saya kalo selama sama kamu saya nggak bersikap layaknya seorang pacar—karena saya udah nggak anggap kamu sebagai pacar setelah itu.
Saya udah lelah dengan semua ini, semua kepura-puraan ini. Saya udah lelah bertengkar tiap hari sama kamu karena ke-posesif-anmu. Saya nggak tahan. Saya ingin kembali seperti dulu, kehidupanku yang bebas tanpa dering sms setiap menitnya. Thanks.
Dear Ex…
Saya nggak pernah niatkan untuk membenci kamu. Tapi sikap kamu pagi tadi betul-betul mendidihkan darah saya. Saya nggak tau kalo darah mendidih tuh seperti apa, tetapi kalo dilihat dari betapa panasnya hati saya tadi pagi, kayaknya itu yang disebut dengan darah mendidih.
Saya tau kamu bakal tersiksa setengah mampus setelah saya putuskan kamu untuk yang kedua kalinya. Saya tau kamu bakal patah hati berkeping-keping atau apalah namanya.
Tapi saya nggak tau kalo kamu bakal bersumpah serapah, menyumpahi saya!!!
What the hell going on!
Betapa sakit hatinya saya, baca pesanmu yang menyudutkan itu. Kamu bilang kalo di masa depan saya nggak akan pernah dicintai, kamu bilang suatu saat saya akan merasakan apa yang kamu rasakan sekarang. Kamu bilang saya akan….
Dan saya sakit hati sekali.
Bodohnya, setelah menyumpahi seperti itu kamu minta saya nerima kamu LAGI. Begooo.
Dear Ex…
Ada banyak hal yang baru saya rasakan setelah saya sama kamu. Contohnya, saya belum pernah dimaki, kamu yang pertama memaki saya. Saya belum pernah disumpahi, dan kamu yang pertama kali menyumpahi saya. Saya belum pernah dicurigai seganas itu dan kamu yang pertama mencurigai saya layaknya psikopat. Saya belum pernah dicemburui seperti itu, dan kam lagi-lagi yang pertama. Saya belum pernah dibuat sakit hati, dan kamu yang pertama membuat saya sakit hati. Itu yang nggak bisa saya terima.
Dear Ex…
Maafin saya. Tapi kalo nggak mau dimaafin ya udah, nggak apa-apa.
Dear Ex…
Kita memang tidak sama, bagaimanapun juga kamu harus terima ini.
Saya nggak bisa terus-terusan dicurigai seperti itu..saya nggak bisa tiap detik diteror lewat sms, yang telat balas semenit doing udah dicurigai macem-macem. Saya nggak bisa nipu terus.
Dear Ex…
Suatu hari nanti kamu akan temukan cinta yang benar-benar cinta sama kamu, bukan saya yang hanya menipu.
Dear Ex…
Saya hanya harap kamu bisa nerima semua ini, semua ini saya pikirkan matang-matang, bukan karena orang ketiga, atau hasutan orang lain.
Saya belajar untuk mendahulukan logika daripada ke-enggak-tegaan saya. Sahabat saya bilang itu kelemahan terbesar saya. Saya ingin jadi wanita yang kuat, wanita yang mampu berpijak pada kata-katanya sendiri, wanita yang nggak mudah tertipu.
Dear Ex…
Semoga kamu mengerti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar