Kamis, 21 April 2011

stupid fake smiles

Mereka…
Yang terlihat mendukung padahal menjatuhkan
Yang bertepuk tangan padahal mengharapkan yang terburuk
Yang tersenyum padahal meludah.
Ini wilayah abu-abu.

Abu-abu itu campuran hitam dan putih. Abu-abu itu tidak jelas apakah hitam atau putih. Abu-abu mengaburkan pandangan. Menghasilkan ilusi yang semua sama saja.

Hidup dalam wilayah abu-abu memaksa ‘aku’ dan ‘mereka’ menjalankan satu peran dan satu scenario, pura-pura. Pura-pura memoles warna abu-abu menjadi putih, yang terlihat menyenangkan. Iya menyenangkan melihat semuanya ‘mendukung’ dan ‘tersenyum’, tetapi sungguh tidak menyenangkan begitu tahu kalau semua palsu. Mereka ‘menyukaiku’, ‘mendukungku’, tapi who knows jika aku terpeleset sedikit saja langsung didorong semakin dalam, melesak dalam keputusasaan berbalut topeng.

Di wilayah abu-abu semuanya samar. Teman dan musuh sama saja. Kesenangan, kekecewaan atau kemarahan terlihat sama saja. Butuh usaha ekstra keras kalau mau tau apa yang sebenarnya saya rasakan, tapi who cares tentang itu semua. Disini yang dipedulikan hanya tampak luar. Siapa peduli tentang ‘yang sesungguhnya’? Toh disini kan abu-abu, pura-pura.

Ketika aku lelah tersenyum, aku bosan dengan semua skenarionya, hidup disini seperti hidup dalam pusaran air. Aku berada ditengah-tengahnya, yang semakin lama semakin jauh terpuruk, sampai ke dasar. Masalahnya, dimana dasar itu, sesungguhnya aku tidak tau. Apakah aku sudah terpuruk, atau masih melayang-layang menunggu jatuh. Tidak ada yang memberitahuku, hanya berkata kalau semua baik-baik saja.

**triaanisa.padatanggalduamaretduaribusebelas.**

Tidak ada komentar:

Posting Komentar