Jumat, 03 September 2010

tebak-tebakannya niz :D

Siang hari yang panas. Niz lagi asyik tidur-tiduran di kamarnya yang panas, mau nyalain kipas angin juga lampunya mati, sambil baca-baca novel. Tak lupa pensil butut kesayangannya, dipakai buat ngetok-ngetokin kepalanya sendiri. Kadang malah diemutin tuh pensil malang.

Kemudian, ketukan keras nggak berperikemanusiaan terdengar berulang-ulang. Niz udah hapal ketukan itu.

“Niz!” wajah Lili yang berponi itu menyembul. Tanpa disuruh, makhluk itu langsung tidur-tiduran di kasur sebelah Niz sambil mencoba menyalakan kipas angin pakai jempol kaki.

“Kok nggak nyala? Rusak ya?”

“Lampu mati,”

“Lampu mati apa hubungannya sama kipas angin?” Lili kesal sendiri, dan kembali tengkurap di atas kasur, sambil membuka lembar –lembar buku kecil yang udah lusuh. Beberapa saat kemudian, dengan gerakan tersentak ala orang yang bangun tiba-tiba dari nightmare, Lili terbangun dan langsung menarik-narik jempol kaki Niz yang sekarang berada tepat di depan wajahnya.

“Niz! Niz! Niz!”

“Hmm?” Niz mengangkat mukanya dari lembar ke lima puluh tujuh novel pinjamannya.

“Niz, main tebak-tebakan yuk. Bosen banget nih,”

Niz, yang emang pada dasarnya doyan tebak-tebakan, mengiyakan permintaan adik tersayangnya itu. “Hm, siapa takut?”

“Tebak nih yaa… tahu, tahu apa yang paling buesaarr…?” Lili memulai ronde pertama.

“Aih, gampang itu. Tahu isi Sumedang! Iya, kan?” Niz menjawab dengan mudahnya.

“Sialan, pake acara tau segala…” Lili merengut kesal. Niz hanya terkekeh kecil. Tapi Lili masih punya tebakan lain.

“Kalo ikan yang paling seram?”

“Ikan bakar Cianjur!”

“Kalo kue paling besar?”

“Kue lapis Surabaya!”

Tebak-tebakan Lili hampir abis. Niz langsung mengambil alih.

“Nah, giliran gue sekarang. Apa fungsi ekormu?”

“Ekor? Gue nggak punya ekor kalii…lu kali tuh…” protes Lili.

“Untuk menghitung monyet. Hihihi…” Niz menjawab sendiri, nggak peduli dengan protes Lili.

“Huh, sialan. Mana yang lebih pinter, monyet atau anjing?”

“Nggak tau. Gue kan nggak pernah sekelas sama mereka.”

“Gue juga nggak pernah sekelas sama mereka. Jadi gue nggak tau juga. Oke deh, lupakan pertanyaan itu. Kalo orang kaya jadi orang miskin, orang miskin jadi apa?”

“Jadi banyak!”

“Aih, lu kok tau lagi, tau lagi. Sial. Kalo sapi jadi rumput, manusia jadi apa?”

“Jadi heran! Ajaib banget sapi bisa jadi rumput. Dari tadi pertanyaanmu gampang banget deh. Kalo lu jago, jawab yang ini. Apa yang item, kecil, ngos-ngosan?”

Lili mikir bentar. “Semut push-up kali!”

“Nah, pinter kamu sekarang. Jawab lagi yang ini… apa persamaannya batu sama buta?”

“Mmm…” Lili berpikir keras. Keliatan dari keningnya yang berkerut dan bola matanya yang bergerak kesana kemari, mencari inspirasi. “Sama-sama terdiri dari huruf be, u, te, sama a kali!”

“Salah. Batu sama buta, sama-sama nggak baik buat mata!”

“Yeee…kalo lu jago inggris, Niz, jawab yang ini deh. Apa bahasa inggrisnya keramas?”

“Creambath?” Niz menjawab ragu-ragu.

“Salah!! Golden monkey!” Lili jadi merasa menang kali ini. (kera = monkey, mas/emas = golden. Keramas = golden monkey)

“Siaaal. Gajah hanya terdapat dimana?”

“Di afrika, kalo nggak ya di kebon binatang!” Lili menjawab dengan pedenya.

“Salah! Di paling belakang.” (ha-nya alias huruf H-nya ‘gajah’ ada di belakang. Iya kan?)

“Hah?”

“Hehehe. Kena lu! Satu lagi, tikus apa yang punya dua kaki?”

“Tikus cacat!”

“Salah. Mickey Mouse sama Minnie Mouse! Kalo bebek yang punya dua kaki?”

Lili mikir. Dia mikirin tentang tokoh kartun bebek. Tapi karena kelamaan, Niz keburu menyela.

“Ah, dasar dodol. Dimana-mana semua bebek emang punya dua kaki, kali!”

“Oh iya ya? Gantian nih, gue kasih tiga sekaligus!” Lili mikir sebentar, sedang Niz siap-siap mendengarkan. “saringan apa yang paling besar?”

“Mmm…saringan tepung?”

“Yee, itu mah kecil. Jawabannya, saringan gajah! Kalo toko yang paling besar?”

“Toko yang jual saringan gajah!”

“Nah, lu pinter sekarang. Sekarang, siapa yang paling bodoh?”

“Yang jelas bukan gue!”

“Jawabannya, orang yang percaya kalo gajah bisa disaring!”

“Oh iya ya? Hehe. Sekarang, jawab nih… kenapa dinamakan kue?” tanya Niz sambil menunjuk gambar kue di majalah yang tadi nangkring di kolong tempat tidur.

“Ya..dari sononya namanya udah kue, kan?”

“Kenapa dina-makan kue? Karena dina lapar…hehe.”

“Bisa aja, lu. Nah, jawab yang ini. Ada sepuluh orang gendut, berteduh di bawah payung super imut, kayak anak te-ka punya. Tapi herannya, mereka pada nggak ada yang basah. Kenapa emang?”

“Ya karena nggak hujan! Sekarang, apa persamaannya orang naik mobil sama orang naik motor?”

“Orang naik mobil kalo panas nggak kepanasan, kalo hujan nggak kehujanan. Kalo orang naik motor, pas hujan nggak kepanasan, kalo panas nggak kehujanan!”

“Hehehe…” Niz mikir buat pertanyaan selanjutnya. “kumis apa yang bikin pusing?”

“Kumisnya professor galak!” jawab Lili.

“Salah. Kumiskir-mikir dari tadi nggak ketemu jawabannya…”

“Nah, iya itu tadi maksudku. Hehehe. Baju biru kecemplung di laut merah, jadinya?”

“Ya basah lah! Ada orang negro, nggak sengaja masuk ke bak berisi cat putih. Apanya yang masih hitam?”

“Bayangannya!” jawab Lili cepat. “Hmmm, apa lagi ya? Oh ya, lampu apa yang kalo dipecahin keluar orangnya?”

“Lampunya Aladdin!”

“Itu sih yang keluar jin! Jawabannya, lampu tetangga! Oh ya, kenapa di film Aladdin, lampunya digosok biar jin-nya keluar?”

“Karena kalo dibanting ntar kepala jin-nya benjol!” Niz menyahut cepat. “ Nah, sekarang main tebak-tebakan superhero ye?”

“Okay…siapa afraid?”
“Superhero apa yang paling o’on?”
“Batman! Udah tau kagak bisa terbang, masih aja pake sayap…”
“Eh, tapi ada gunanya tuh sayap. Apa coba?”
“Hmmm…biar nggak bocor ke samping!” jawab Lili setelah sekitar beberapa jam mikir. “Kenapa Superman sama Spiderman, bajunya warna merah biru?”
“Beli bahannya kan patungan!” sahut Niz. “Trus, kenapa warnanya nggak hitam?”
“Soalnya, bahan yang item dah abis dibeli Batman yang datangnya pagian dari mereka..hehehe.”
“Kenapa Robin memberantas kejahatan?”
“Soalnya dia ketemu sama Batman. Kalo ketemu sama Baskin, dia bakalan buka toko es krim!”
“Hihi, pinter lu Li. Kenapa dulu superman kalo terbang dulu tangan kirinya nekuk, sekarang kalo terbang dua-duanya dilempengin ke depan?”
“Karena dulu belom automatic sih. Sekarang kan udah matic!”
“Li, gue laper nih. Makan dulu yuk. Ntar kalo kenyang, kita lanjut lagi…okeh?” Niz bangkit dari posisinya, dan berjalan ke dapur.
“Ya…padahal gue masih punya banyak tebak-tebakan lain loh.” Lili mengacungkan buku kecil yang dari tadi disandangnya. Kumpulan Tebak-tebakan ABG Jaminan Ngakak Nggak Tanggung Tanggung
“Oh…buku itu. Itu sih udah gue baca semalam.” Niz menyahut sambil berlalu.
“Jadi lu yang nyulik buku gue??” Lili teringat bagaimana hebohnya dia semalaman mencari buku kecil hasil pinjaman di sobatnya itu. “Pantesan lu banyak tau!” Lili jadi rada kesel.

**** tebak-tebakan diperoleh dari berbagai sumber. Dari pegunungan, sungai dan hujan (air kalii..hehehe). Eh bukan lah ya. Didapat 75% dari hasil browsing internet, sisanya pengalaman sendiri. Diolah dengan jaminan mutu sebelum disajikan.****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar