Sekolahku punya motto, yaitu “Tampil Beda!!” tentu aja tampil beda dalam segala aspek, terutama pengajarannya ya. Tapi, kami juga ‘tampil beda’ dalam urusan segaram, lah, salah lagi, seragam maksudnya.
Jadi gini, sekolahku menetapkan peraturan, jadwal seragamnya kelas satu, dua dan tiga tidak sama. Contoh, kami setiap hari senin dan selasa pakai baju kotak-kotak (terutama yang cowoknya, diutamakan perut kotak-kotak!haha), kakak kelas dua pakai baju batik cokelat, yang senior kelas tiga pakai baju putih abu-abu.
Ah, nyusahin hidup aja sih. Kan udah kebiasaan ya di Indonesia tercinta ini, makhluk yang belajar di SMA pakai baju putih abu tiap senin. Lah, buat kami yang kelas satu, putih abu dipakai hari sabtu, pas weekend.
Menurutku sih ini membuat stratifikasi kelas. Tapi susahnya, kalau ada yang lupa hari. Misalnya anak kelas satu, karena udah kebiasaan, pake putih abu hari senin. Nah, dikira kelas tiga kan. Tapi bagus sih, bisa membedakan mana kelas satu, dua, tiga. Mungkin dimaksudkan untuk menghindarkan kami dari kejadian seperti yang dialami sobatku, si Vitrop.
Jadi waktu esempe kelas tiga, saya, vitrop, ciko sama songong, lagi berdiri-berdiri nggak ada kerjaan di depan kantor guru. Kemudain, salah satu bu guru memanggil vitrop. Vitrop pun mendekat.
“Eh, kamu kelas satu apa? Tolong ke kelas 2A, panggil ketua kelasnya. Cepet ya!”
Wak. Muka vitrop udah nggak jelas lagi gimana ekspresinya. Udah campur merah, biru, ungu, campur samsons sama changcuters deh. Keki berat lah ya, udah kelas tiga gene masih disangka kelas satu. Salahmu, kayak anak kecil sih! Dan sialnya, saya yang ada di dekatnya jadi korban. Dipukulin sepanjang jalan kenangan menuju kelas 2A.
“Huaa..masa’ dibilang kelas satu? Bu guru tega..tega..tega…” buk buk buk. Dia terus memukuliku. Untuk nggak kena.
“Udah, tenang aja. Dikira anak kelas satu, bukan berarti bukan anak kelas satu kan?”
“Huaa…enak aja. Tapi biarin deh. Itu kan artinya mukaku bebi fes (baby face)…” (mari muntah bersamaa…huekkk!!!”)
Dan kejadian yang sama terulang lagi. Tapi kali ini dilakukan oleh oknum adek kelas 2. Dalam perjalanan ke kantin yang berada di pojok sekolah, si adek kelas menyebut hormat kepada vitrop , “eh adek ee…hati-hati kah.”
Wiw. Sekali lagi vitrop keki berat.
Dan dengan peraturan seragam seperti ini, kejadian seperti vitrop tidak terulang lagi. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar